Karawang, Jawa Barat (ANTARA) - Presiden Joko Widodo meyakini Indonesia akan memenangi kompetisi perkembangan kendaraan listrik dengan negara lain, karena ekosistem kendaraan listrik di Indonesia terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Pernyataan tersebut disampaikan Presiden dalam peresmian ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia yang dilakukan di PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power, di Karawang, Jawa Barat, Rabu.

"Saya yakin bahwa kompetisi kita dengan negara-negara lain akan bisa kita menangkan karena tambangnya ada di sini, nikelnya ada di sini, bauksitnya ada di sini, tembaganya ada di sini. Ada smelter, masuk ke katoda and precussor, masuk ke EV baterai, kemudian pabrik mobilnya ada di sini, terintegrasi dalam sebuah ekosistem," papar Jokowi.

Jokowi mengatakan tidak ada yang bisa menghadang laju Indonesia dalam perkembangan kendaraan listrik, karena Indonesia sangat kompetitif.


Pada kesempatan itu Presiden menyatakan menghargai investasi Rp20 triliun dari pabrik mobil Hyundai, dan investasi Rp160 triliun ekosistem baterai listrik yang terintegrasi antara Hyundai dan LG.

"Semoga ini menandai semakin baiknya hubungan antara Republik Korea dan Indonesia," kata Jokowi.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan peresmian ekosistem baterai litium dan kendaraan listrik milik Hyundai-LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, merupakan wujud komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon (net zero emissions/NZE) pada 2060.

"Pembentukan ekosistem baterai litium dan industri kendaraan listrik ini tidak hanya menempatkan Indonesia sebagai pemimpin di kawasan ini, tetapi juga menggarisbawahi dedikasi kita untuk mengurangi emisi karbon," kata Luhut saat peresmian pabrik ekosistem baterai litium dan kendaraan listrik HLI Green Power di Karawang, Rabu (3/7/2024).
 
Ia mengatakan pabrik hasil kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan ini menjadi pabrik baterai litium dan EV terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) yang mampu memproduksi mobil EV sebanyak 50 ribu unit per tahun dan mengemisi 160 ribu ton karbon, serta mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 45 juta liter ton per tahun.
 
"Selain itu terjadi penghematan subsidi BBM yang mencapai Rp131 miliar per tahun dan akan bertambah seiring jumlah kendaraan listrik yang beredar," katanya.
 
Luhut mengatakan penggunaan baterai kendaraan listrik produksi ekosistem ini juga memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih tinggi mencapai 80 persen.
 
"Ini merupakan langkah awal untuk mendorong peningkatan nilai tambah dari industri dalam negeri," katanya.
 
Di sisi lain Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Inkyo Cheong menyampaikan peresmian pabrik ekosistem baterai dan kendaraan listrik tersebut merupakan penanda semakin ekspansifnya kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara.
 
Pihaknya mencatat sudah ada 2.000 perusahaan Korea Selatan termasuk HLI yang sudah bekerja sama guna mewujudkan dekarbonisasi secara global dari berbagai sektor, seperti elektronik, baja, dan petrokimia.
 
"Saya berharap kedua negara akan terus memperluas kerja sama yang berorientasi masa depan di berbagai bidang seperti kendaraan listrik, energi, dan infrastruktur," kata dia.
 
Merujuk Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) nilai investasi ekosistem baterai listrik terintegrasi mulai hulu hingga hilir (end to end) tersebut mencapai 9,8 miliar dolar AS atau Rp142 triliun, dengan realisasi investasi mencapai 4,46 miliar dolar AS atau Rp71,36 triliun.

Pewarta : Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024