Mamuju (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sekitar 4,30 persen pada triwulan II tahun 2024 dan melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,05 persen.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulbar, Gunawan Purbowo, di Mamuju, Kamis mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulbar melambat disebabkan oleh menurunnya performa produksi crude palm oil (CPO) sawit dan produk turunannya yang selama ini telah
berkontribusi sekitar 90 persen dari total pertumbuhan pada sektor industri pengolahan ekonomi Sulbar.
Ia mengatakan, kondisi tersebut telah menunjukkan bahwa perekonomian Sulbar yang cukup besar terhadap komoditi sawit dalam membangun ekonomi.
Menurut dia, pada tahun 2023 ekonomi Sulbar mampu bangkit dengan pertumbuhan sebesar 5,25 persen, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 2,31 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada 2023 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen," katanya.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Sulbar pada 2023 tersebut tidak lepas dari kenaikan signifikan kinerja pertumbuhan sektor pertanian dan sektor industri pengolahan,
utamanya dari komoditas tandan buah segar (TBS) dan CPO kepala sawit.
Ia mengatakan, untuk semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulbar maka Bank Indonesia Perwakilan Sulbar mendukung diselenggarakannya forum ekonomi dan fasilitasi penanaman modal 2024 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan pada visi pengembangan ekonomi hijau dan biru.
"Diperlukan peningkatan aliran investasi ke Sulbar melalui forum tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan serta sebagai langkah mitigasi ketika kinerja produksi komoditas kelapa sawit yang tidak sesuai ekspektasi tahun ini," katanya.
Ia menyampaikan, sebagai provinsi termuda di Pulau Sulawesi, Sulbar masih memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, karena Sulbar merupakan produsen kakao terbesar keempat secara nasional dan produsen kopi terbesar kedua di Pulau Sulawesi yang akan mendorong peningkatan ekonomi Sulbar apabila dikelola melalui investasi.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulbar, Gunawan Purbowo, di Mamuju, Kamis mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulbar melambat disebabkan oleh menurunnya performa produksi crude palm oil (CPO) sawit dan produk turunannya yang selama ini telah
berkontribusi sekitar 90 persen dari total pertumbuhan pada sektor industri pengolahan ekonomi Sulbar.
Ia mengatakan, kondisi tersebut telah menunjukkan bahwa perekonomian Sulbar yang cukup besar terhadap komoditi sawit dalam membangun ekonomi.
Menurut dia, pada tahun 2023 ekonomi Sulbar mampu bangkit dengan pertumbuhan sebesar 5,25 persen, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 2,31 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada 2023 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen," katanya.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Sulbar pada 2023 tersebut tidak lepas dari kenaikan signifikan kinerja pertumbuhan sektor pertanian dan sektor industri pengolahan,
utamanya dari komoditas tandan buah segar (TBS) dan CPO kepala sawit.
Ia mengatakan, untuk semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulbar maka Bank Indonesia Perwakilan Sulbar mendukung diselenggarakannya forum ekonomi dan fasilitasi penanaman modal 2024 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan pada visi pengembangan ekonomi hijau dan biru.
"Diperlukan peningkatan aliran investasi ke Sulbar melalui forum tersebut, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan serta sebagai langkah mitigasi ketika kinerja produksi komoditas kelapa sawit yang tidak sesuai ekspektasi tahun ini," katanya.
Ia menyampaikan, sebagai provinsi termuda di Pulau Sulawesi, Sulbar masih memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, karena Sulbar merupakan produsen kakao terbesar keempat secara nasional dan produsen kopi terbesar kedua di Pulau Sulawesi yang akan mendorong peningkatan ekonomi Sulbar apabila dikelola melalui investasi.