Makassar (ANTARA Sulsel) - Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Puan Maharani menyatakan jika dirinya sudah meminta kepada pihak kepolisian untuk segera mengusut bocornya transkrip percakapan tersebut.
"Apa yang tersebar itu mengenai transkrip percakapan tidak benar adanya, makanya kita minta kepolisian untuk membuktikannya. Kita sudah laporkan kasus ini ke polisi," ujarnya usai mengukuhkan gabungan tim relawan di Posko Pemenangan Jokowi-JK di Jalan Gunung Bawakaraeng Makassar, Kamis.
Ia mengatakan, transkrip percakapan yang diduga antara Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief dan tersebar itu murni rekayasa, apalagi ini situasi kampanye.
Karenanya, dia meminta kepada pihak kepolisian maupun kejaksaan untuk membuktikan percakapan tersebut dan mengujinya dan jika itu tidak benar maka penyebar transkrip itu harus ditangkap.
"Polisi harus membuktikan kebenarannya dan kalau itu tidak terbukti, polisi harus menangkap pelaku yang menyebarkan fitnah tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.
Sebelumnya, progres 98 yang terdiri dari mantan aktivis 1998 mengedarkan salinan transkripan itu ketika mendatangi Kejaksaan Agung, Rabu (18/6). Tujuannya untuk menyampaikan surat ke Jaksa Agung, Basrief Arief agar mengklarifikasi transkrip dari pembicaran per telepon itu.
Ketua Progres 98 Faizal Assegaf mengaku dirinya tidak mempolitisasi bocornya transkip percakapan Jaksa Agung Basrief Arief dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Dikatakannya saat mendatangi Kejaksaan Agung, bila ingin mempolitisasi transkrip percakapan itu, dirinya dengan mudah bisa menyebarkan percakapan tersebut di dunia maya.
Dikatakannya, ia mendapatkan transkrip tersebut dari seorang pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah dirinya melaporkan dugaan grativikasi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Nonaktif Joko Widodo pada 6 Juni 2014.
Kemudian ia pulang dan datang seseorang yang mengaku suruhan pimpinan KPK Bambang Widjojanto. Pertemuannya hanya sekitar tujuh menit. Orang yang mengenakan kemeja putih yang menemui Faizal tersebut memberikan transkrip tersebut.
Awalnya Faizal tidak percaya. Tapi, kemudian dirinya diperdengarkan rekamannya dan ia mengenali suara Megawati sehingga dirinya yakin. Tetapi hingga kini Faizal tidak mengetahui apa motif dibalik pembocoran transkrip perbincangan tersebut.
Pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasang kandidat, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Prabowo-Hatta didukung enam partai politik, sementara Jokowi-JK didukung lima partai.
"Apa yang tersebar itu mengenai transkrip percakapan tidak benar adanya, makanya kita minta kepolisian untuk membuktikannya. Kita sudah laporkan kasus ini ke polisi," ujarnya usai mengukuhkan gabungan tim relawan di Posko Pemenangan Jokowi-JK di Jalan Gunung Bawakaraeng Makassar, Kamis.
Ia mengatakan, transkrip percakapan yang diduga antara Megawati Soekarnoputri dan Jaksa Agung Basrief Arief dan tersebar itu murni rekayasa, apalagi ini situasi kampanye.
Karenanya, dia meminta kepada pihak kepolisian maupun kejaksaan untuk membuktikan percakapan tersebut dan mengujinya dan jika itu tidak benar maka penyebar transkrip itu harus ditangkap.
"Polisi harus membuktikan kebenarannya dan kalau itu tidak terbukti, polisi harus menangkap pelaku yang menyebarkan fitnah tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.
Sebelumnya, progres 98 yang terdiri dari mantan aktivis 1998 mengedarkan salinan transkripan itu ketika mendatangi Kejaksaan Agung, Rabu (18/6). Tujuannya untuk menyampaikan surat ke Jaksa Agung, Basrief Arief agar mengklarifikasi transkrip dari pembicaran per telepon itu.
Ketua Progres 98 Faizal Assegaf mengaku dirinya tidak mempolitisasi bocornya transkip percakapan Jaksa Agung Basrief Arief dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Dikatakannya saat mendatangi Kejaksaan Agung, bila ingin mempolitisasi transkrip percakapan itu, dirinya dengan mudah bisa menyebarkan percakapan tersebut di dunia maya.
Dikatakannya, ia mendapatkan transkrip tersebut dari seorang pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah dirinya melaporkan dugaan grativikasi yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Nonaktif Joko Widodo pada 6 Juni 2014.
Kemudian ia pulang dan datang seseorang yang mengaku suruhan pimpinan KPK Bambang Widjojanto. Pertemuannya hanya sekitar tujuh menit. Orang yang mengenakan kemeja putih yang menemui Faizal tersebut memberikan transkrip tersebut.
Awalnya Faizal tidak percaya. Tapi, kemudian dirinya diperdengarkan rekamannya dan ia mengenali suara Megawati sehingga dirinya yakin. Tetapi hingga kini Faizal tidak mengetahui apa motif dibalik pembocoran transkrip perbincangan tersebut.
Pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasang kandidat, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Prabowo-Hatta didukung enam partai politik, sementara Jokowi-JK didukung lima partai.