Istanbul (ANTARA) - Setidaknya sembilan orang, termasuk seorang anak, tewas dalam ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon, kata Menteri Kesehatan Lebanon Firas Al-Abiad pada Selasa (17/9).
Sebanyak 2.750 lainnya juga terluka, termasuk 200 di antaranya dalam kondisi kritis, menurut data jumlah korban awal, tambahnya dalam konferensi pers di Beirut.
Al-Ablad mengatakan kepada Anadolu pada Selasa (17/9) bahwa ratusan orang terluka dalam ledakan masal perangkat tersebut di seluruh Lebanon.
Media Lebanon menduga perangkat tersebut meledak setelah Israel meretas sistem komunikasi.
Sementara itu, Hizbullah mengkonfirmasi bahwa dua anggotanya ikut tewas dan beberapa terluka dalam ledakan masal itu.
“Sekitar pukul 3:30 siang (8:30 malam WIB) pada Selasa, 17 September 2024, beberapa perangkat penyeranta yang digunakan oleh berbagai anggota unit dan lembaga Hizbullah meledak,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Kelompok tersebut menganggap Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan nirkabel tersebut dan bersumpah akan melakukan “balasan yang adil dari pihak yang tak terduga” terhadap Tel Aviv.
Namun belum ada tanggapan dari Israel mengenai insiden tersebut.
Selasa pagi, Topaz Luk, penasihat dekat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengisyaratkan dalam sebuah unggahan di X bahwa Israel berada di balik ledakan perangkat radio nirkabel di seluruh Lebanon, namun dia kemudian menghapus unggahan tersebut.
Namun, kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang memisahkan perdana menteri dari unggahan penasihatnya.
Kementerian Kesehatan Lebanon sebelumnya mendesak semua warga negara yang memiliki perangkat komunikasi penyeranta untuk segera membuangnya.
Ledakan massal itu terjadi di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Sumber: Anadolu
Sebanyak 2.750 lainnya juga terluka, termasuk 200 di antaranya dalam kondisi kritis, menurut data jumlah korban awal, tambahnya dalam konferensi pers di Beirut.
Al-Ablad mengatakan kepada Anadolu pada Selasa (17/9) bahwa ratusan orang terluka dalam ledakan masal perangkat tersebut di seluruh Lebanon.
Media Lebanon menduga perangkat tersebut meledak setelah Israel meretas sistem komunikasi.
Sementara itu, Hizbullah mengkonfirmasi bahwa dua anggotanya ikut tewas dan beberapa terluka dalam ledakan masal itu.
“Sekitar pukul 3:30 siang (8:30 malam WIB) pada Selasa, 17 September 2024, beberapa perangkat penyeranta yang digunakan oleh berbagai anggota unit dan lembaga Hizbullah meledak,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Kelompok tersebut menganggap Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan nirkabel tersebut dan bersumpah akan melakukan “balasan yang adil dari pihak yang tak terduga” terhadap Tel Aviv.
Namun belum ada tanggapan dari Israel mengenai insiden tersebut.
Selasa pagi, Topaz Luk, penasihat dekat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengisyaratkan dalam sebuah unggahan di X bahwa Israel berada di balik ledakan perangkat radio nirkabel di seluruh Lebanon, namun dia kemudian menghapus unggahan tersebut.
Namun, kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang memisahkan perdana menteri dari unggahan penasihatnya.
Kementerian Kesehatan Lebanon sebelumnya mendesak semua warga negara yang memiliki perangkat komunikasi penyeranta untuk segera membuangnya.
Ledakan massal itu terjadi di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Sumber: Anadolu