Mamuju (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat Tina Wahyufitri mengatakan, pada September 2024 Provinsi Sulbar mencatatkan inflasi bulanan atau month to month (m-to-m) sebesar 0,33 persen.
"Untuk inflasi tahunan (y-on-y) Sulbar, tercatat sebesar 2,05 persen atau di bawah batas maksimal inflasi nasional 3,50 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender (y-to-d) mencapai 0,79 persen," kata Tina Wahyufitri, di Mamuju, Selasa.
Inflasi bulan September kata Tina Wahyufitri terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,25 persen dengan komoditas utama penyumbang inflasi yaitu pisang, ikan cakalang dan ikan layang.
Inflasi tersebut kata Tina Wahyufitri, dipicu oleh pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang andilnya 1,29 persen.
Dua kabupaten yang menjadi lokasi pengambilan data, yakni Kabupaten Mamuju dengan inflasi paling tinggi sebesar 2,19 persen dan Majene 1,94 persen.
Secara bulanan tambahnya, Sulbar mengalami inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga ikan.
"Harga ikan cakalang dan layang mengalami kenaikan karena stoknya di pasar berkurang. Faktor cuaca menjadi penyebab tangkapan nelayan sedikit termasuk belum masuk musim ikan. Secara historis, musim ikan diperkirakan akan terjadi pada Oktober ini," jelasnya.
Sedangkan pisang mengalami kenaikan harga kata Tina Wahyufitri karena meningkat permintaan saat Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sementara, Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin mendorong pentingnya meningkatkan ketahanan pangan bahkan sampai pada level kedaulatan pangan.
Provinsi Sulbar kata Bahtiar, harus bisa menjadi penyedia komoditi pangan bagi daerah lain, bukan sebaliknya disuplai dari daerah lain.
"Sehingga pada waktu tertentu ketika komoditi tersebut diperlukan, seperti pisang dan komoditi lainnya, Sulbar tak perlu menunggu suplai dari daerah lain," kata Bahtiar.
Penjabat Gubernur mengajak masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga Sulbar dapat menjadi pelopor mewujudkan ekonomi hijau dan biru di Indonesia.
"Tanah kita subur serta potensi kelautan perikanan Sulbar sangat melimpah. Ini peluang besar yang bisa kita kembangkan, dan Sulbar bisa menjadi pelopor mewujudkan ekonomi hijau dan biru di Indonesia," terang Bahtiar.
"Untuk inflasi tahunan (y-on-y) Sulbar, tercatat sebesar 2,05 persen atau di bawah batas maksimal inflasi nasional 3,50 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender (y-to-d) mencapai 0,79 persen," kata Tina Wahyufitri, di Mamuju, Selasa.
Inflasi bulan September kata Tina Wahyufitri terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,25 persen dengan komoditas utama penyumbang inflasi yaitu pisang, ikan cakalang dan ikan layang.
Inflasi tersebut kata Tina Wahyufitri, dipicu oleh pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang andilnya 1,29 persen.
Dua kabupaten yang menjadi lokasi pengambilan data, yakni Kabupaten Mamuju dengan inflasi paling tinggi sebesar 2,19 persen dan Majene 1,94 persen.
Secara bulanan tambahnya, Sulbar mengalami inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga ikan.
"Harga ikan cakalang dan layang mengalami kenaikan karena stoknya di pasar berkurang. Faktor cuaca menjadi penyebab tangkapan nelayan sedikit termasuk belum masuk musim ikan. Secara historis, musim ikan diperkirakan akan terjadi pada Oktober ini," jelasnya.
Sedangkan pisang mengalami kenaikan harga kata Tina Wahyufitri karena meningkat permintaan saat Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sementara, Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin mendorong pentingnya meningkatkan ketahanan pangan bahkan sampai pada level kedaulatan pangan.
Provinsi Sulbar kata Bahtiar, harus bisa menjadi penyedia komoditi pangan bagi daerah lain, bukan sebaliknya disuplai dari daerah lain.
"Sehingga pada waktu tertentu ketika komoditi tersebut diperlukan, seperti pisang dan komoditi lainnya, Sulbar tak perlu menunggu suplai dari daerah lain," kata Bahtiar.
Penjabat Gubernur mengajak masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga Sulbar dapat menjadi pelopor mewujudkan ekonomi hijau dan biru di Indonesia.
"Tanah kita subur serta potensi kelautan perikanan Sulbar sangat melimpah. Ini peluang besar yang bisa kita kembangkan, dan Sulbar bisa menjadi pelopor mewujudkan ekonomi hijau dan biru di Indonesia," terang Bahtiar.