Makassar, (Antara Sulsel) - Seperti halnya negara-negara lainnya, Pemilihan Presiden RI di Australia juga dilaksanakan beberapa hari lebih cepat daripada Indonesia.

Namun untuk Western Australia sendiri terdapat perbedaan dibandingkan dengan negara bagian Australia lainnya (New South Wales, Victoria, South Australia, Queensland, Australia Capitol Territory, dan Tasmania). Pilpres di Western Australia (WA) dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2014 sementara negara bagian lainnya dilaksanakan sehari sebelumnya.

Tidak seperti di Indonesia yang memiliki banyak TPS, di WA sendiri hanya menawarkan dua TPS yang terletak di Kota Perth dan South Perth. Hal ini tentunya diharapkan dapat memudahkan para pemilih untuk mengakses kegiatan pencoblosan pada hari H.

Penulis sendiri memilih di TPS yang terletak di South Perth, tepatnya di South Perth Community Centre demi kenyamanan tempat parkir dan jarak yang lebih dekat. Perlu diketahui bahwa Kota Perth memiliki lahan parkir yang terbatas dan berbayar. Sementara kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Kota Perth menjadi TPS pilihan sebagian orang yang tinggal di wilayah utara Perth dan yang menggunakan sarana transportasi umum.

Untuk dapat memberikan hak suara sendiri, para pemilih diwajibkan untuk membawa Surat Undangan yang disebut dengan Form C6LN dan identitas yang dilengkapi foto untuk menghindari adanya kecurangan.

Bagi para pemilih yang tidak terdaftar atau tidak memiliki Surat Undangan tetap bisa memberikan hak suaranya dengan membawa paspor dan dipersilahkan datang setelah pukul 14.00 waktu setempat.

Selain datang langsung ke TPS, pihak PPLN juga memberikan kemudahan dengan opsi pengiriman Surat Suara via pos sehingga warga Indonesia yang bertempat tinggal di daerah pedesaan atau pekerja yang sedang berada di daerah pertambanganpun tetap dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini.

Perhitungan suara sendiri akan dilaksanakan serentak dengan perhitungan di Indonesia pada tanggal 9 Juli 2014, sedangkan Surat Suara yang dikirim via pos akan dihitung pada tanggal 14 Juli setelah pukul 17.00. Oleh karenanya, saat ini belum bisa dipastikan pasangan nomor berapakah yang unggul di WA.

Meskipun dalam beberapa hari terakhir ini terasa gesekan-gesekan perdebatan yang cukup tajam di kalangan mahasiswa Indonesia terhadap calon capres-cawapres yang didukung, proses pemungutan suara tetap berjalan lancar dan damai.

Pilpres kali ini sangat mengesankan bagi penulis karena melihat tingginya antusiasme para pemilih yang rela berdesak-desakan di tengah hujan bercampur badai yang melanda Metropolitan Perth seharian ini.

Tak jauh beda dengan TPS South Perth, TPS Kota Perth pun dijejali ratusan pemilih yang rela mengantri cukup panjang hingga ke trotoar jalan Adelaide Terrace, Perth dikarenakan kantor KJRI tak lagi sanggup menampung para pemilih dalam jumlah besar tersebut.

Bahkan tak sedikit pemilih yang terpaksa pulang dan datang kembali malam harinya untuk menghindari antrian yang sangat panjang. Demi mengantisipasi ledakan jumlah pemilih ini, pihak Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) WA telah mengalokasikan waktu yang sangat panjang, yaitu sejak pukul 09.00 hingga 19.00 untuk proses pengambilan suara.

Berdasarkan pandangan mata penulis, jumlah kedatangan meningkat setelah pukul 13.00 hingga sekitar pukul 17.00. Meskipun demikian sampai pukul 18.30 pun masih ada sejumlah pemilih yang berdatangan ke South Perth Community Centre untuk memberikan hak suaranya.

Antusiasme ini juga sangat kental terasa di akun-akun media sosial dimana para pendukung pasangan nomer 1 dan 2 memasang gambar avatar khusus bagi masing-masing kandidat atau memasang status dengan tagline pasangan tertentu.

Bahkan sekumpulan mahasiswa Indonesia di Perth yang bernaung di bawah organisasi AIPSSA (Association of Indonesian Postgraduate Students and Scholars in Australia) dan MUISA (Murdoch University Indonesian Student Association) berinisiatif untuk mengadakan debat yang mengupas pasangan manakah yang ideal memimpin Indonesia untuk lima tahun mendatang. 

Lain halnya dengan AIPSSA dan MUISA, Indonesia Diaspora Network WA, sebuah organisasi yang merangkul warga Indonesia di perantauan dan warga keturunan Indonesia, memilih untuk tetap netral dalam Pilpres ini namun demikian tetap menganjurkan anggotanya yang memiliki hak suara untuk menggunakannya.

* Warga Makassar dari Perth, Australia Barat

Pewarta : Ayudia P. Siregar *
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024