Gowa, Sulsel (ANTARA) - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menargetkan produksi beras di Provisi Sulawesi Selatan sebanyak 32 juta ton pada 2025 atau meningkat dari tahun sebelumnya sejalan dengan penerapan transformasi teknologi mekanisasi pertanian yang diterapkan petani saat panen raya.
"Insya Allah lebih tinggi dari tahun ini. Mudah-mudah kalau tahun ini katakanlah mungkin 30 juta ton, tahun depan sudah bisa naik 32 juta ton per tahun," kata Amran saat menghadiri panen raya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat.
Menurutnya, peningkatan produksi beras mesti didukung dengan penerapan transformasi teknologi pertanian, sehingga dibutuhkan alat-alat pendukung dalam pencapaian target menuju swasembada beras.
"Menjadi Menteri Pertanian syaratnya punya skil untuk menanam padi dengan kecepatan tinggi. Tapi, kita harus bertransformasi dari pertanian tradisional menjadi moderen. Sekarang saatnya kita operasikan alat panen, sehingga menekan biaya 60-70 persen," paparnya kepada wartawan.
Dengan bertransformasi menjadi moderen, kata Amran, akan menekan lostsis atau kehilangan beras hingga 10 persen saat panen tradisional dan bisa ditarik serta mengurangi biaya yang akhirnya dapat meningkatkan produksi.
Amran mengatakan dalam sebelas bulan terakhir ia telah berkeliling ke seluruh Indonesia guna memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat agar tetap aman.
Pihaknya bercita-cita tiga tahun ke depan Indonesia akan menjadi pusat pangan dan memenuhi swasambada pangan, tentu syarat utama harus bertransformasi dengan pertanian moderen menggunakan teknologi termasuk melibatkan anak milenial menjadi petani.
"Mimpi kita tiga tahun ke depan Indonesia akan swasembada pangan. Bahkan akan menjadi lumbung pangan dunia nantinya. Kita bangun, cetak sawah di Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan," sebut dia.
"Terakhir, kita bangun di Merauke satu juta hektare. Itu kita siapkan dalam rangka menyiapkan pangan untuk generasi kita ke depan. Insya Allah, kita akan swasembada pangan tiga tahun mendatang," paparnya optimistis.
Mentan menargetkan upaya ini mampu menarik 50 ribu anak muda Indonesia untuk terjun langsung ke sektor pertanian dan berhasil mendapatkan penghasilan bulanan sebesar Rp 10 juta per orang. Dengan begitu, Mentan optimistis revolusi pertanian bisa dilakukan secara cepat di seluruh daerah.
"Yang terpenting adalah dalam pertanian modern ini keterlibatan generasi muda yang jumlahnya banyak. minimal pendapatan mereka 10 juta per orang dan targetnya adalah 50 ribu pemuda turun ke sawah. Semua kita gerakkan agar pertanian di Indonesia semakin berkembang," katanya.
Sejauh ini, realisasi perluasan areal tanam di Sulsel telah mencapai 97,53 persen dengan luasan 106.710 hektare dari total target 109.412 hektare.
Sementara untuk Kabupaten Gowa yang merupakan kawasan penopang pangan di bagian selatan Sulsel capaian luas tambah tanam (LTT) sudah lebih dari 100 persen yaitu 71.230 hektare dari target 70.087 hektare.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan targetkan produksi beras di Sulsel 32 juta ton pada 2025
"Insya Allah lebih tinggi dari tahun ini. Mudah-mudah kalau tahun ini katakanlah mungkin 30 juta ton, tahun depan sudah bisa naik 32 juta ton per tahun," kata Amran saat menghadiri panen raya di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat.
Menurutnya, peningkatan produksi beras mesti didukung dengan penerapan transformasi teknologi pertanian, sehingga dibutuhkan alat-alat pendukung dalam pencapaian target menuju swasembada beras.
"Menjadi Menteri Pertanian syaratnya punya skil untuk menanam padi dengan kecepatan tinggi. Tapi, kita harus bertransformasi dari pertanian tradisional menjadi moderen. Sekarang saatnya kita operasikan alat panen, sehingga menekan biaya 60-70 persen," paparnya kepada wartawan.
Dengan bertransformasi menjadi moderen, kata Amran, akan menekan lostsis atau kehilangan beras hingga 10 persen saat panen tradisional dan bisa ditarik serta mengurangi biaya yang akhirnya dapat meningkatkan produksi.
Amran mengatakan dalam sebelas bulan terakhir ia telah berkeliling ke seluruh Indonesia guna memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat agar tetap aman.
Pihaknya bercita-cita tiga tahun ke depan Indonesia akan menjadi pusat pangan dan memenuhi swasambada pangan, tentu syarat utama harus bertransformasi dengan pertanian moderen menggunakan teknologi termasuk melibatkan anak milenial menjadi petani.
"Mimpi kita tiga tahun ke depan Indonesia akan swasembada pangan. Bahkan akan menjadi lumbung pangan dunia nantinya. Kita bangun, cetak sawah di Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan," sebut dia.
"Terakhir, kita bangun di Merauke satu juta hektare. Itu kita siapkan dalam rangka menyiapkan pangan untuk generasi kita ke depan. Insya Allah, kita akan swasembada pangan tiga tahun mendatang," paparnya optimistis.
Mentan menargetkan upaya ini mampu menarik 50 ribu anak muda Indonesia untuk terjun langsung ke sektor pertanian dan berhasil mendapatkan penghasilan bulanan sebesar Rp 10 juta per orang. Dengan begitu, Mentan optimistis revolusi pertanian bisa dilakukan secara cepat di seluruh daerah.
"Yang terpenting adalah dalam pertanian modern ini keterlibatan generasi muda yang jumlahnya banyak. minimal pendapatan mereka 10 juta per orang dan targetnya adalah 50 ribu pemuda turun ke sawah. Semua kita gerakkan agar pertanian di Indonesia semakin berkembang," katanya.
Sejauh ini, realisasi perluasan areal tanam di Sulsel telah mencapai 97,53 persen dengan luasan 106.710 hektare dari total target 109.412 hektare.
Sementara untuk Kabupaten Gowa yang merupakan kawasan penopang pangan di bagian selatan Sulsel capaian luas tambah tanam (LTT) sudah lebih dari 100 persen yaitu 71.230 hektare dari target 70.087 hektare.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan targetkan produksi beras di Sulsel 32 juta ton pada 2025