Makassar (ANTARA Sulsel) - Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Makassar berhasil melakukan terobosan dengan melakukan pengembangan Biogas dari kotoran ternak untuk menghasilkan energi listrik.

"Pengembangan ini, berasal dari diskusi yang dilakukan DKP3 dengan sejumlah tenaga ahli dibidang peternakan, terkait pemamfaatan limbah hewan ternak menjadi barang yang bermamfaat bagi masyarakat," ujar Kepala DKP3 Makassar, Rahman Bando di Makassar, Kamis.

Ia mengatakan, Pemerintah Kota Makassar, memiliki banyak tenaga ahli dibidang peternakan, sehingga pada Juli lalu, dirinya berinisiatif melakukan diskusi dengan sejumlah tenaga ahli tersebut.

Dalam diskusi itu muncul gagasan berupa pemamfaatan limbah ternak menjadi barang bermamfaat bagi warga, hanya dengan syarat warga memiliki hewan ternak.

Dari gagasan itu pula, para ahli peternakan itu kemudian melakukan penelitian dan mengakplikasikannya langsung pemamfaatan kotoran sapi menjadi Biogas yang dapat diubah menjadi energi panas dan listrik.

"Sebenarnya pengembangan ini berasal dari diskusi bersama teman-teman, sehingga lahir ide untuk mengembangkan biogas yang dapat bermamfaat bagi warga," katanya.

Dia mengungkapkan, pengembangan biogas itu sendiri dilakukan langsung di Balai Penyuluh Pertanian (BPP), Jalan Perintis Kemerdekaan dengan menggunakan tiga ekor sapi.

Ketiga ekor sapi yang digunakan sebagai percobaan, mampu menghidupkan lampu kandang ternak dan rumah penjaga kandang sehingga kedepannya akan menjadi alternatif bagi warga.

Rahman mengaku, untuk menghasilkan tenaga listrik dan sapi, terlebih dahulu kotoran sapi dimasukkan kedalam tabung penampungan yang ditutup rapat sehingga terjadi fermentasi didalamnya. Proses itu kemudian menjadi energi panas, yang dapat diubah menjadi energi listrik.

Tidak hanya menjadi energi listrik, biogas ini juga dapat menjadi api, sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan memasak bagi para ibu rumah tangga sebagai pengganti gas elpiji.

"Pipa yang dialiri biogas tinggal disambungkan dengan kompor, maka bisa menjadi api untuk memasak, dan hal tersebut telah dilakukan dirumah penjaga kandang untuk aktivitas sehari-hari mereka," ungkap mantan kepala Badan Ketahanan pangan ini.

Rahman berharap, kedepannya, biogas ini dapat dikembangkan di Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa. Dalam sehari terdapat 60-100 ekor ternak dipotong di RPH, jumlah tersebut dapat menghasilkan energi listrik untuk 300 kepala keluarga disekitar RPH.

"Kebutuhan konsumsi daging semakin meningkat, tentu saja berdampak pada semakin banyaknya jumlah kotoran hewan yang dihasilkan, inilah yang mesti dimamfaatkan," terangnya.

Rahman menambahkan, bau kotoran ternak di RPH saat ini menganggu warga sekitar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemamfaatan biogas menjadi salah satu solusinya.

Menurut Rahman, tidak dibutuhkan biaya yang besar untuk pengembangan Biogas ini. JIka mendapat dukungan anggaran, maka DKP3 akan melanjutkan program tersebut.

"Saya berharap dukungan pimpinan, untuk pengembangan biogas ini. Pengembangan ini tidak menggunakan anggaran yang besar, namun memberi mamfaat besar," jelasnya.

Kepala Bidang Peternakan DKP3, Julistiawati DN, juga menambahkan, tidak hanya kotoran tinja yang dapat diubah menjadi biogas, tetapi air kecing ternak juga dapat menghasilkan biogas.

Ampas kotoran sisa dari proses fermentasi, tetap dapat digunakan sebagai pupuk, bahkan kualitasnya lebih baik bagi pertumbungan tanaman maupun tumbuhan.

"Secara tidak langsung, pengembangan ini membantu program MTR (Makassarta` Tidak Rantasa), karena kotoran ternak yang selama ini rantasa, dapat dikelola menjadi lebih bermamfaat dan mengurangi polusi udara akibat bau kotoran hewan," ungkapnya. Biqwanto

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024