Surabaya, (Antara Sulsel) - Pengusaha nasional yang juga pendiri kelompok usaha Mayapada Grup, Dato' Sri Prof Dr Tahir MBA mengajak alumni Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya untuk mendirikan rumah sakit.

"Saya dan alumni merencanakan untuk mendirikan Rumah Sakit Petra, nanti Rektor UK Petra yang menyediakan tanahnya dan akan bisa juga mendirikan fakultas kedokteran," kata jebolan Teknik Industri UK Petra pada tahun 1970-an itu di Surabaya, Jumat.

Didampingi Rektor UK Petra Prof Dr Eng Ir Rolly Intan MASc menjelang ceramah motivasi kepada ratusan mahasiswa UK Petra, ia menjelaskan RS itu akan menjalankan visi "Tahir Foundation" untuk menggratiskan pengobatan dan operasi bagi masyarakat tidak mampu.

"Karena itu, mahasiswa harus paham bahwa kiat sukses itu tidak penting, tapi masuk dari pintu mana untuk menjadi manusia yang benar. Manusia itu harus benar dulu, lalu dia baru bisa bekerja yang benar itu bagaimana," tuturnya.

Orang terkaya ke-12 di Indonesia yang kelahiran Surabaya pada 26 Maret 1952, itu menyatakan dirinya tidak setuju bila orang yang suka bersedekah atau orang yang suka membantu orang itu disebut orang baik bila orang itu masih belum benar.

"Jadi, manusia-nya harus benar dulu. Contoh yang gampang adalah George Soros yang menggoncangkan ekonomi dunia pada 1997-1998, termasuk Indonesia, Thailand, dan Korea, tapi dia mengeluarkan donasi kemanusiaan hingga miliaran," kata penerima anugerah Tokoh Filantropi 2014 dari LKBN ANTARA pada 21 Juli itu.

Baginya, George Soros itu bukan manusia yang benar, meski dia mengeluarkan uang miliaran untuk dana kemanusiaan. "Itu karena dia menyusahkan hidup orang lain sampai sekarang, dia mirip orang yang suka ngemplang pajak atau korup, dia tidak benar, meski sudah beramal," ucapnya.

Menurut dia, manusia itu ibarat sebuah tabung yang harus diisi dengan hal-hal yang benar, seperti jujur, adil, suka membantu, disiplin, dan semacamnya, tapi jangan diisi dengan hal-hal yang menghalalkan segala cara, karena hal itu akan menggerogoti manusia untuk menjadi benar.

"Jadi, manusia itu ibarat seorang pendaki gunung, dia selalu mendaki terus menuju puncak dan bila sudah sampai puncak, maka dia akan mendaki gunung lain dan seterusnya hingga Tuhan menghentikan langkahnya. Manusia tidak akan sampai ke puncak, kalau dia tidak benar," ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, hambatan terbesar manusia untuk sukses adalah dirinya sendiri, misalnya sikap ego, nafsu, dan sikap lain yang tidak benar, karena itu pendidikan haruslah membangun sikap manusia, bukan hanya teori.

"Karena itu, mahasiswa itu tidak berhenti dengan menjadi sarjana, tapi dia harus mendaki terus dengan satu gol yakni kesejahteraan untuk keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia," tukas pengusaha yang juga membantu mahasiswa tak mampu pada 20-an PTN itu. (Edy M Yakub)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024