Palu (ANTARA Sulsel) - Para nelayan yang beroperasi di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Sulawesi Tengah, mengaku terpaksa sering memarkir kapalnya di dermaga karena kesulitan memperoleh bahan bakar minyak jenis solar sejak dua bulan terakhir.

Para nelayan yang dihubungi di Palu, Senin, mengakui hal itu sangat berdampak terhadap penghasilan mereka.

"Dalam Bulan September ini saja kami sudah kehilangan dua trip berlayar karena bahan bakar tidak cukup," kata H Effendy, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan 'Alam Raya' Donggala.

Menurut dia, kesulitan solar ini sudah dialami sejak Agustus karena pasokan solar ke SPDN (solar packed dealer untuk nelayan) di PPI Donggala menurun dratis dari biasanya 40 ton tiap bulan menjadi hanya 24 ton.

"Alokasi 40 ton itu saja memang sudah tidak cukup untuk nelayan di sini, sekarang jatah dikurangi lagi, maka makin susah kita," ujar Effendy yang memiliki anggota 20 nelayan itu.

Pemerintah setempat, katanya, memang telah mencarikan jalan keluar yaitu memberikan rekomendasi kepada nelayan untuk membeli langsung solar di SPBU, namun belum banyak membantu.

"Kami hanya bisa memperoleh 100 liter solar untuk setiap kali pembelian di SPBU, padahal kebutuhan kami untuk sekali turun mencapai 400 liter karena menggunakan kapal bertonase 30 grosston," ujar Effendy lagi.

Akibatnya, kata dia lagi, mereka harus menunggu tiga rekomendasi berikutnya yang dikeluarkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Donggala setiap dua hari untuk mengumpulkan 400 liter solar.

"Ini menyebabkan waktu melaut hanya bisa tiga kali sebulan, yang seharusnya bisa sampai lima kali," katanya.

Ia mengaku prihatin karena saat-saat ini sebenarnya adalah musim ikan dan kondisi di laut relatif tenang karena ketinggian ombak rata-rata di bawah dua meter.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng Agus Sudaryanto membenarkan kesulitan nelayan Donggala mendapatkan solar akibat berkurangnya alokasi ke SPDN PPI Donggala.

Salah satu akibatnya adalah produksi ikan di PPI Donggala yang melayani sekitar 600 nelayan itu menurun cukup signifikan.

Data PPI Donggala mencatat, hingga pekan ketiga September 2014, produksi ikan cakalang baru sekitar 29 ton, sedangkan bulan Agustus mencapai hampir 50 ton dan ikan layang tujuh ton sedangkan Agustus mencapai hampir 30 ton, sementara produksi tuna mencapai hampir 17 ton.

Agus Sudaryanto menyebutkan bahwa kesulitan bahan bakar minyak sudah merupakan masalah klasik, bukan hanya di PPI Donggala tetapi di hampir semua PPI di-Sulteng selama ini.

Sementara itu Sales Executive Retail Pertamina Wilayah VII di Palu, Zulfirman SE, menegaskan bahwa Pertamina tidak pernah mengurangi alokasi BBM untk nelayan, khususnya ke SPDN Donggala.

"Tidak ada pengurangan alokasi untuk nelayan. Tapi saya akan cek, mengapa sampai nelayan di Donggala mengeluh bahwa jatah solar di SPDN itu tidak seperti biasanya," ujarnya. S. Muryono

Pewarta : Rolex Malaha
Editor :
Copyright © ANTARA 2024