Palu (ANTARA Sulsel) - Petani di Sulawesi Tengah sejak turun-temurun hingga kini tidak terbiasa menjual hasil panen dalam bentuk gabah, kata pejabat berwenang setempat.

"Kami selain membeli beras, juga gabah," kata Kepala Perum Bulog Sulteng, Mar'uf di Palu, Kamis.

Ia mengatakan sampai saat ini, Bulog belum berhasil menyerap produksi petani dalam bentuk gabah kering panen (GKP) atau gabah kering giling (GKG).

Petani di daerah itu selama ini hanya terbiasa menjual beras.

Menurut dia, berbeda dengan petani di daerah lain seperti di Jawa dan juga di Sulawesi Selatan, petani selain menjual beras juga gabah.

Bahkan, katanya khusus di Jawa justru petani lebih suka menjual gabah dibandingkan beras karena begitu panen bisa langsung dijual kepada pedagang atau mitra Bulog.

Bulog Sulteng tetap berupaya membeli gabah, tetapi tidak ada satupun petani ataupun kelompok tani yang mau menjual gabah.

"Ya ini karena belum terbiasa. Pengadaan gabah hingga kini masih nihil," katanya.

Sementara pengadaan beras di Sulteng sampai akhir September 2014 sudah mencapai 17 ribu ton.

Realisasi tersebut masih sangat jauh dari target yang diharapkan Bulog. Bulog Sulteng menargetkan pengadaan beras pada 2014 ini bisa mencapai 47 ribu ton.

Sedangkan kebutuhan penyaluran beras selama setahun sekitar 36 ribu ton. Makanya Bulog dalam waktu dekat ini akan mendapat pasokan beras dari luar daerah guna mengamankan stok.

"Kita akan mendapat pasokan beras dari Bulog Sultra sebanyak 4.000 ton," katanya.

Kebijakan itu, kata Mar'uf semata-mata mengamankan stok beras di Sulteng karena pengadaan lokal berjalan seret akibat tingginya harga beras di tingkat produsen. Biqwanto

Pewarta : Anas Masa
Editor :
Copyright © ANTARA 2024