Makassar (ANTARA Sulsel) - Salah satu penyebab maraknya aksi demonstrasi mahasiswa yang diwarnai aksi kekerasan ditenggarai karena kurangnya unsur "character building" atau pembangunan karakter dalam sistem pendidikan saat ini.

Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi ide pengembangan kawasan Ekowisata Mamminasata di Kabupaten Gowa sebagai sarana pendidikan yang menekankan pada pembangunan karakter generasi muda.

"Pada zaman kita dulu, ada banyak organisasi, ada begitu banyak pelatihan kepemimpinan yang dilakukan secara berjenjang, jadi pendidikan pembangunan karakter berjalan, ini mungkin yang sudah mulai berkurang saat ini," kata Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gowa Hasan Hasyim.

Menurut Hasan, para mahasiswa adalah anak muda yang energi dan semangatnya tinggi, jika energi yang besar ini tidak diarahkan dengan baik, hasilnya justru menjadi bumerang bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat.

Hasan mengatakan jika saja para mahasiswa menyadari betapa besar kerugian dari aspek lingkungan dan kesehatan masyarakat karena model penyampaian aspirasi mereka yang destruktif, mahasiswa mungkin akan berpikir dua kali sebelum mulai membakar ban.

"Kalau saja mereka sadar polusi yang mereka hasilkan berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan orang yang menghirup asap hasil pembakaran itu, belum lagi BBM yang terbuang percuma karena macet, mungkin mereka tidak akan melakukan demo semacam itu," ujar Hasan.

Dengan pembangunan karakter yang berbasis pada lingkungan, Hasan berharap energi, semangat, dan kreatifitas anak muda ini bisa diarahkan untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan.

Senada dengan Hasan, Anggota komisi IV DPRD Gowa yang membidangi Pembinaan Pendidikan Pemuda dan Olahraga M. Fitriady mengatakan bahwa karakter anak muda kini mirip dengan korek api, mudah tersulut emosinya oleh provokasi. Hal ini, kata Fitriady, sangat disayangkan mengingat di tangan para anak muda inilah nasib bangsa ini ke depan.

Untuk itu Fitriady menyambut baik rencana pengembangan kawasan Ekowisata Mamminasata sebagai sarana pembangunan karakter. Pihaknya bahkan berkomitmen akan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan tersebut.

Sebagai langkah awal, untuk mewujudkan pengembangan kawasan Ekowisata ini, anggota DPRD Kabupaten Gowa menggelar diskusi dengan masyarakat di sekitar areal pada Selasa (28/10) lalu. Diskusi yang dirangkaikan dengan seminar lingkungan hidup ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gowa Djamaluddin Maknun dan perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Pelibatan masyarakat sejak awal dimaksudkan agar masyarakat yang berada di sekitar areal kawasan Ekowisata dapat memperoleh manfaat dari hadirnya tujuan ekowisata di sekitar mereka.

"Kami ingin masyarakat memahami dan memberikan masukan mengenai rencana ini, bagaimana misalnya interaksi antara masyarakat dan pengunjung, dan manfaat seperti apa yang bisa mereka peroleh," kata Fitriady.

Fitriady menyakini hadirnya kawasan Ekowisata Mamminasata uga akan berdampak positif bagi masyarakat khususnya dari segi ekonomi.

"Kalau ada pengunjung yang datang ke sini, masyarakat bisa menjual hasil pertanian mereka seperti mangga atau jagung, semakin banyak pengunjung maka akan semakin banyak orang yang membeli hasil pertanian masyarakat sekitar," ujarnya.

Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Terletak di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, kawasan yang masih dikelilingi areal persawahan ini telah mulai dirintis sejak sepuluh tahun yang lalu. Kawasan ini direncanakan akan dikembangkan di atas areal seluas 6 ha.

Lokasinya dipandang cukup strategis karena letaknya yang tidak jauh dari Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Perjalanan ke lokasi juga bisa ditempuh dalam satu hingga dua jam dari pusat Kota Makassar.

Untuk mewujudkan areal tersebut sebagai kawasan ekowisata memang masih membutuhkan banyak pembenahan. Dari sisi fisik, saat ini areal tersebut hanya dilengkapi dengan fasilitas yang sangat terbatas.

Sebuah mesjid yang belum rampung dan ruang pertemuan terbuka sederhana dibangun di tengah kawasan itu. Infrastuktur jalan yang pada beberapa bagian masih berupa jalan tanah dengan medan yang bergelombang juga menjadi kendala tersendiri untuk mencapai kawasan ini.

"Tadi dalam perjalanan ke sini, saya terpaksa berhenti dan menungu tumpangan karena mobil saya ternyata tidak mampu menempuh jalur yang sulit," terang Fitriady. Meski demikian ia tetap optimis bahwa pengembangan kawasan dapat dilakukan dengan dukungan dari semua pihak.

"Dibutuhkan investasi yang besar untuk mewujudkan kawasan Ekowisata Mamminasata agar dapat menjadi lokasi wisata andalan sekaligus sarana pendidikan pembangunan karakter, namun dengan dukungan dari semua pemangku kepentingan kami optimistis ini dapat terwujud," ujarnya.

Selain memiliki pertanian organik, sebagai lokasi wisata, kawasan ini direncanakan juga akan dilengkapi dengan areal pemancingan, dan kolam renang.

Berbasis Pendidikan Lingkungan dan Agama

Dari sisi konsep, Hasan mengatakan bahwa sebagai sarana pembangunan karakter, nantinya selain sebagai tempat wisata, kawasan ini akan memberikan pendidikan lingkungan dan pendekatan dari aspek religi.

"Jadi mereka yang datang ke tempat ini tidak hanya lebih sehat secara fisik karena menghirup udara yang segar, tetapi secara mental mereka juga akan menjadi lebih tenang," katanya.

Hasan mengatakan pengelola kawasan ini tengah merancang program dua hari pada akhir pekan yakni hari Sabtu dan Ahad.

"Kita menyusun aktivitas apa saja yang akan mereka lakukan selama dua hari tersebut agar tujuan kita untuk membangun karakter generasi muda ini dapat tercapai," ujarnya.

Untuk tujuan pembangunan karakter kawasan ini menyasar pengunjung dari kalangan mahasiswa dan pelajar. Hasan mengatakan bahwa potensi untuk bekerja sama dengan lembaga pendidikan juga cukup besar.

"Selama ini meskipun belum terlalu populer namun kawasan ini sudah sering dikunjungi oleh mahasiswa khususnya dari Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Islam Negeri (UIN). Mereka umumnya datang pada saat penerimaan mahasiswa baru," katanya.

Salah satu lembaga pendidikan yang tertarik untuk mengirimkan siswanya berkunjung ke kawasan ini adalah sekolah Al-Fityan Gowa. Lembaga pendidikan Islam yang berkomitmen untuk mendidik anak menjadi pribadi yang islami, sholeh, cerdas, kreatif, mandiri dan berkarakter ini memiliki siswa mencapai 769 orang.

"Jika Al-Fityan mengirimkan siswanya 40 orang per pekan saja, kita sudah penuh sampai setengah tahun,"kata Hasan.

Hasan optimistis dengan dukungan semua pemangku kepentingan, visi menjadikan kawasan Ekowisata Mamminasata sebagai sarana pendidikan dan pembangunan karakter generasi muda akan terwujud.

"Harapannya Ekowisata Mamminasata tidak hanya menjadi tempat untuk berwisata dan bersilaturahmi, tetapi juga wadah untuk membangun generasi muda yang memiliki karakter dengan visi kesejahteraan untuk masyarakat berbasis kepedulian terhadap lingkungan," katanya.  Kaswir

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor :
Copyright © ANTARA 2024