Mamuju (ANTARA Sulbar) - Bencana banjir yang melanda kota Mamuju ibukota Provinsi Sulawesi Barat, mengakibatkan tiga rumah di lingkungan Tambi, Kelurahan Mamunyu, Kabupaten Mamuju roboh.

Beruntung, kejadian ini tak sempat merenggut nyawa walaupun kerugian materil akibat musibah ini mencapai puluhan jutarupiah karena mereka tak mampu menyelematkan harta benda mereka.

Pemantauan Antara di Mamuju, Rabu, hujan yang disertai angin kencang selama enam jam menyebabkan kondisi Mamuju kembali dikepung musibah banjir yang ikut merendam pemukiman warga pada sejumlah titik di daerah itu.

Beberapa titik yang terendam banjir yakni Jalan Soekarno Hatta, Jalan Diponegoro, BTN Ampi, BTN Axuri, Jalan Pababari, Kompleks Pemda, Jalan A. Pettarani, Jalan Monginsidi, Rimuku, Karema dan sejumlah titik lainnya di Kota Mamuju.

Hujan melanda wilayah Mamuju merata di semua kecamatan sehingga bencana banjir di penghujung tahun ini kembali terjadi, walaupun pada saat ini dianggap banjir terhebat dalam kurung waktu 10 tahun terakhir,

"Hujan terjadi sejak semalam hingga sore hari. Kondisi lingkungan juga menjadi pemicu meluapnya air menggenangi pemukiman warga," kata Abdul Rahim warga BTN Axuri Mamuju yang ikut merasakan dampak bencana banjir.

Menurutnya, banjir banjir yang terjadi itu membuatnya tidak bisa beraktifitas. Sebab, harus memilih untuk menyelamatkan perabot rumah. Apalagi, ketinggian air yang merembes ke rumahnya mencapai 40 centimeter," katanya.

Bahkan beberapa titik banjir terparah seperti di Jalan Soekarno Hatta, Kompleks BTN Axuri serta BTN Ampi. Ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa atau kurang lebih satu meter. Banyak kendaraan baik roda dua dan roda empat yang hendak melintasi di kawasan ini harus balik arah.

Selain itu, kondisi banjir di depan SMP 2 Mamuju mengakibatkan pagar sekolah roboh akibat hantaman banjir, lahan pertanian warga juga dipastikan gagal panen.

Anggota DPRD Kabupaten Mamuju, Arsal Aras yang menjadi korban banjir di Kompleks BTN Axuri mengakui banjir yang terjadi cukup besar dari tahun sebelumnya.

Ia mengaku, selama kurang lebih 20 tahun di ibukota Mamuju, baru kali ini merasakan peristiwa banjir yang cukup parah dibandingkan kondisi sebelumnya.

Menurut dia, kondisi tersebut tidak terlepas dari adanya penutupan muara sungai di sejumlah titik, seperti sungai Karema, Sungai Rimuku dan Sungai yang berada di samping kantor DPRD Mamuju oleh PT Akas yang membangun jalan Arteri Mamuju.

Sehingga, ia meyakini, banjir yang terjadi tersebut diakibatkan penutupan muara Sungai oleh perusahaan yang membangun jalan Arteri Mamuju.

"Tadi Saya dari sana pantau Muara Sungai yang tertutup. Itu, ternyata memang tertutup. Setelah kami bersama warga buka itu, air mengalir ke laut,"tutur Arsal.  M Taufik

Pewarta : Aco Ahmad
Editor :
Copyright © ANTARA 2024