Makassar (ANTARA Sulsel) - Buku Masa Depan Makassar mengangkat tema Dinamika Demokrasi dan Pemerintahan akhirnya diluncurkan di kediaman Wali Kota Moh Ramdhan Pommanto di Jalan Amrirullah  ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu.

"Buku ini bercerita tentang perjuangan pasangan Wali Kota dan Wakil Walikota Moh Ramdhan Pomanto-Syamsu Rizal MI saat proses pra dan pasca-Pilkada Makassar," kata editor buku tersebut, Rusdin Tompo, Jumat.

Peluncuran buku sekaligus bedah buku itu menghadirkan Mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, Wakil Wali Kota Syamsu Rizal MI, tokoh masyarakat, penulis buku serta aktivis dan pejabat pemkot serta anggota DPRD Provinsi Sulsel.

Rusdin menyebutkan, dalam buku ini ada 30 penulis dari kalangan akademisi dan praktisi menyampaikan kritikan dan masukan demi masa depan Makassar.

Selain itu dalam buku ini diceritakan sejumlah masalah krusial yang dihadapi baik saat kampanye maupun ketika pemerintahan pasangan baru berjalan delapan bulan dengan visi misinya `Mewujudkan Makassar Kota Dunia yang nyaman untuk semua`.

Ilham pada kesempatan itu mengatakan, selama menjabat dirinya sering menerima kritikan dari masyarakat, namun semua dijalani dengan baik dan mencari solusi dari masalah tersebut.

"Saya selalu menerima kritikan dan itu saya terima karena merupakan kebutuhan masyarakat. Saya orang yang paling bertanggungjawab kepada dua sosok pemimpin saat ingin memimpin Makassar," ujarnya.

Mantan Wali Kota Makassar dua priode ini menyebutkan, Ramdhan atau disapa akrab Danny Pomanto adalah sahabatnya sejak 18 tahun dan bersama-sama membangun Makassar melalui ide-idenya.

"Saat ditanya mengapa memilih Danny padahal banyak figur yang lebih bagus, saya menjawab, Danny adalah sahabat, kalau mau dikatakan pemikiran saya ada 50 persen pada beliau," katanya.

Dirinya berpesan kepada kedua pemimpin Makassar itu bahwa kritikan, saran adalah bahan untuk melakukan perubahan, obat dari kesuksesan. Pada kesempatan itu Ilham juga memberikan dua buah buku sebagai bahan masukan.

Danny Pomanto saat diberikan kesempatan berbicara mengatakan, buku ini merupakan sejarah perjalanan yang dibukukan dengan sejumlah tulisan kritis. Tanpa tulisan maka sejarah itu tidak akan pernah ada.

"Saya ingin membangun Makassar. Saya ingin belajar, dan membangun perencanaan lebih matang. Pendekatan budaya sudah saya bangun, sejumlah program saat kampanye sementara ini berjalan meskipun kritikan terus mengalir," ujar pria yang baru masuki usia 51 tahun itu. T Susilo

Pewarta : Darwin Faitr
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024