Makassar,  (Antara Sulsel)- Kejurnas Karate Inkanas Piala Kapolri VI/2015 di GOR C-Tra Arena Cikutra Kota Bandung, Jawa Barat, 27 Februari-1 Maret 2015 dijadikan sebagai ajang seleksi untuk memperkuat perguruan menghadapi Kejurnas Piala Mendagri XVIII di Banten, 26-28 Maret 2015.

"Atlet hasil kejurnas ini akan dipersiapkan untuk mengikuti Kejuaraan Nasional Karate Piala Mendagri bulan Maret 2014 di Tangerang, Provinsi Banten," ujar Ketua Panitia Pelaksana Kejurnas yang juga merupakan Ketua Dewan Guru PB Inkanas, Ellong Tjandra, Selasa.

Demi mendapatkan atlet terbaik, PB Institut Karate-Do Nasional (Inkanas) sekaligus mempertandingkan 70 kelas dari sejumlah kategori Kumite dan Kata yaitu Kategori Pra Pemula, Pemula, Kadet, Junior, Under 21, Senior dan TNI/POLRI. Sedangkan untuk Kata Beregu hanya untuk kategori Junior dan Senior.

Setiap daerah, menurut dia, juga diperbolehkan untuk mengirimkan wakilnya pada tiap kelas sebanyak dua orang, namun untuk beregu maksimal satu regu. Sementara untuk atlet yang bertanding hanya diperbolehkan main pada satu kategori yang sama.

"Hasil pertandingan ini memang ditujukan untuk mengikuti Piala Mendagri 2015 sehingga batasan umur mengacu kepada Kejuaraan WKF yang akan diselenggarakan di bulan November 2015," katanya.

Pada Kejurnas Inkanas Piala Kapolri VI tersebut, juga lebih ketat karena akan menerapkan peraturan World Karate Federation (WKF) terbaru terutama sistem "score protest".

Untuk aturan baru "score protest" itu, lanjut dia, seorang pelatih diberi hak untuk melakukan protes bila ada poin pukulan atau tendangan yang tidak masuk dalam penilaian atau tidak terlihat wasit.

Dengan aturan ini juga maka seorang pelatih karate yang sebelumnya hanya bertindak memberikan instruksi kepada atletnya juga bisa memungkinkan untuk protes dan menghasilkan poin bagi atletnya.

Terkait penerapakan aturan baru itu, seorang pelatih dibekali kartu untuk protes. Bila protes diterima dan membuahkan hasil bagi atletnya, kartu itu dikembalikan dan bisa protes lagi. Namun bila protesnya ditolak kartu itu tidak diberikan lagi dan tidak bisa melakukan protes lagi.

Agar aturan itu bisa berjalan maksimal, PB Inkanas terus melakukan sosialisasi termasuk menggelar penataran wasit/juri pada 24-26 Februari di Bumi Kitri Cikutra Bandung. Penataran ini diikuti oleh seluruh wasit juri Inkanas se-Indonesia.

"Dengan aturan baru itu maka pelatih tidak hanya menonton dan memberi instruksi kepada pemain, ia bisa mengajukan protes bila ada poin yang tidak masuk hitungan. Mereka dituntut jeli dan penilaian akan lebih optimal," kata Ellong Tjandra.

Pengurus Inkanas Sulsel Mursalim Badoo, mengatakan telah menggelar pemusatan latihan jangka panjang demi meningkatkan kualitas teknik dan disiplin karateka Sulsel di kejuaraan yang sebelumnya direncanakan digelar November 2014 tersebut.

"Kita terus memantau perkembangan setiap atlet. Soal atlet mana saja yang pada akhirnya kita berangkatkan tentu tergantung kualitas dan kemampuan dana kita nantinya," katanya.

Pelatih karate Sulsel itu menjelaskan, pihaknya tentu memiliki keinginan bisa mengikuti 38 nomor yang dipertandingkan pada kejuaraan tersebut. Hanya saja untuk masalah ini tetap tergantung kondisi anggaran yang tersedia.

Pihaknya juga terus berupaya mencari tambahan anggaran dari sejumlah pihak agar bisa memberangkakan seluruh atlet.

"Saya kira dengan kekuatan atlet yang lebih banyak akan semakin membuka peluang kita berprestasi. Hanya saja untuk kepastiannya tentu harus juga melihat kemampuan dana apakah mencukupi atau tidak," kata pelatih yang rutin menangani timnas Indonesia di sejumlah kejuaraaan internasional tersebut.



Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024