Kupang (ANTARA Sulsel) - Hujan disertai angin kencang dan petir melanda Kota dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, sehingga warga semakin cemas pascadigoyang gempa 7,1 Skala Richter (SR).

"Kami masih trauma dengan guncangan gempa sebesar 7,1 SR lagi pula hujan lebat terus mengguyur Kupang disertai angin kencang dan kilat serta petir beberapa hari terakhir ini," kata E Purnawati, warga Kota Kupang, di Kupang, Minggu.

Sampai berita diturunkan, Kota Kupang masih diguyur hujan deras disertai angin kencang, petir dan kilat. .

"Cuaca ekstrem seperti itu terus terjadi dalam beberapa hari belakangan yaitu hujan lebat angin kencang datang disusul kilatan petir dengan bunyi menggelegar membuat takut masyarakat," katanya.

Cuaca buruk ini juga berdampak pada pasokan listrik di Kota Kupang. Listrik beberapa hari belakangan juga terkena pemadaman bergilir diduga karena ada jaringan tegangan tinggi yang terganggu akibat terkena ranting dan penyebab pada mesin pembangkit PLTU yang rusak sehingga harus ada pemeliharaan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan adanya perbedaan intensitas hujan di wilayah Indonesia di mana bagian barat masih berpeluang turun hujan berintensitas sedang hingga tinggi sementara di bagian timur mulai berkurang.

"Kondisi cuaca untuk tujuh hari ke depan sampai dengan Senin (2/3), masih ada peluang hujan dengan intensitas sedang sampai dengan lebat," ujar Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG, Muhammad Fadli.

BMKG mengungkapkan bahwa hujan lebat dengan intensitas cukup tinggi, dapat menimbulkan banjir dan longsor yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu yang perlu diwaspadai intensitas hujan yang cukup tinggi juga dapat menimbulkan angin kencang bahkan puting beliung.

Selain itu BMKG juga memperingatkan masyarakat agar tetap mewaspadai fenomena angin langkisau (puting beliung) dan hujan es selama masa peralihan musim dari hujan ke kemarau.

"Umumnya setelah periode ini, kondisi atmosfer sangat dinamis, perubahan cuaca akan cenderung menjadi lebih cepat," katanya.

Bersamaan dengan kondisi tersebut, kata dia, keberadaan awan-awan Cumulonimbus (CB) masih sangat potensial dan biasanya akan muncul pada siang hingga menjelang malam hari.

Fenomena angin langkisau dan hujan es di beberapa tempat di Indonesia, seperti di Klaten, Yogyakarta, Depok, Bandung, dan Bengkulu, menurut dia, dari sisi dinamika atmosfer fenomena seperti ini memang mungkin terjadi, terutama ketika ada perbedaan suhu yang mencolok pada pagi dan siang hari.

Salah satu penyebab terjadinya angin langkisau adalah adanya awan CB. Angin ini memiliki pola yang hampir mirip dengan tornado tetapi dalam skala kecil. Fenomena angin langkisau dan hujan es ini masih berpotensi terjadi, terutama pada peralihan musim dari musim hujan ke kemarau.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya angin langkisau dan hujan es yang disebabkan oleh awan CB ini.

"Secara kasat mata awan ini dapat dikenali dengan bentuknya yang khas, yaitu berwarna gelap dan tampak besar seperti bunga kol," katanya.

Langkah antisipasi yang dapat dilakukan, antara lain dengan merapikan pohon-pohon yang tinggi serta rapuh, atap-atap rumah yang mudah terhempas dan berlindung ketika terjadi angin langkisau. Riza Fahriza

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor :
Copyright © ANTARA 2024