Ternate (ANTARA Sulsel) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) menilai Ternate rawan mengalami krisis air bersih, karena sumber air bersih yang digunakan PDAM setempat hanya air bawah tanah.
Kepala BLH Kota Ternate Sofyan Yusuf mengatakan di Ternate, Rabu, indikasi ke arah itu sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini, seperti berkurangnya volume air bawah tanah yang disedot PDAM melalui sumur bor, terutama pada musim kemarau.
Bahkan air bawah tanah yang disedot PDAM melalui sumur bor di sejumlah lokasi di Kota Ternate, seperti di wilayah Ternate Utara pada musim kemarau mulai terasa asin, karena adanya resapan air laut menyusul menyusutnya air bawah tanah di lokasi itu.
Ia mengatakan, BLH Kota Ternate telah menyiapkan berbagai program untuk mencegah terjadinya krisis air bersih di daerah ini, di antaranya dengan akan memperbanyak pembuatan sumur resapan, terutama pada lokasi yang berdekatan dengan sumur bor PDAM.
Namun mengingat terbatasnya dana BLH untuk pembuatan sumur resapan maka diharapkan adanya partisipasi dari semua pihak di daerah ini, baik instansi pemerintah, instansi swasta maupun masyarakat untuk membuat sumur resapan di lingkungan masing-masing.
"Pemkot Ternate bersama DPRD tengah merancang pembuatan peraturan daerah (perda) mengenai pengambilan air bawah tanah dan sumur resapan sebagai regulasi dalam pembuatan sumur resapan di seluruh wilayah Ternate, artinya pembuatan sumur resapan itu tidak bisa menjadi tanggung jawab Pemkot Ternate tetapi juga semua pihak dan masyarakat di daerah ini," katanya.
Sebelumnya kalangan legislator di Kota Ternate menyarankan kepada Pemkot Ternate untuk mencari alternatif sumber air bersih yang bisa dijadikan PDAM untuk melayani air bersih masyarakat, misalnya memanfaatkan Danau Laguna dan Danau Tolire.
Legislator PDIP di DPRD Kota Ternate Hariyanto Hanadar mengatakan, Danau Laguna dan Danau Tolire memang mengandung belerang, tetapi dengan menggunakan teknologi bisa dijadikan sumber air bersih, selain itu air laut di perairan Pulau Ternate juga bisa diolah menjadi air bersih. Budi Suyanto
Kepala BLH Kota Ternate Sofyan Yusuf mengatakan di Ternate, Rabu, indikasi ke arah itu sudah terlihat dalam beberapa tahun terakhir ini, seperti berkurangnya volume air bawah tanah yang disedot PDAM melalui sumur bor, terutama pada musim kemarau.
Bahkan air bawah tanah yang disedot PDAM melalui sumur bor di sejumlah lokasi di Kota Ternate, seperti di wilayah Ternate Utara pada musim kemarau mulai terasa asin, karena adanya resapan air laut menyusul menyusutnya air bawah tanah di lokasi itu.
Ia mengatakan, BLH Kota Ternate telah menyiapkan berbagai program untuk mencegah terjadinya krisis air bersih di daerah ini, di antaranya dengan akan memperbanyak pembuatan sumur resapan, terutama pada lokasi yang berdekatan dengan sumur bor PDAM.
Namun mengingat terbatasnya dana BLH untuk pembuatan sumur resapan maka diharapkan adanya partisipasi dari semua pihak di daerah ini, baik instansi pemerintah, instansi swasta maupun masyarakat untuk membuat sumur resapan di lingkungan masing-masing.
"Pemkot Ternate bersama DPRD tengah merancang pembuatan peraturan daerah (perda) mengenai pengambilan air bawah tanah dan sumur resapan sebagai regulasi dalam pembuatan sumur resapan di seluruh wilayah Ternate, artinya pembuatan sumur resapan itu tidak bisa menjadi tanggung jawab Pemkot Ternate tetapi juga semua pihak dan masyarakat di daerah ini," katanya.
Sebelumnya kalangan legislator di Kota Ternate menyarankan kepada Pemkot Ternate untuk mencari alternatif sumber air bersih yang bisa dijadikan PDAM untuk melayani air bersih masyarakat, misalnya memanfaatkan Danau Laguna dan Danau Tolire.
Legislator PDIP di DPRD Kota Ternate Hariyanto Hanadar mengatakan, Danau Laguna dan Danau Tolire memang mengandung belerang, tetapi dengan menggunakan teknologi bisa dijadikan sumber air bersih, selain itu air laut di perairan Pulau Ternate juga bisa diolah menjadi air bersih. Budi Suyanto