Mamuju (ANTARA Sulsel) - Generasi muda di Kabupaten Mamuju Utara (Matra) Provinsi Sulawesi Barat diminta agar mewaspadai gerakan radikalisme mengatasnamakan agama.

"Gerakan radikalisme mengatasnamakan agama patut diwaspadai karena dapat merusak kerukunan hidup antara umat beragama, radikalisme agama atau fanatisme agama berlebihan wajib diwaspadai karena bisa memicu sikap ekstremis yang dapat berujung pada aksi-aksi terorisme," Ketua Pusat Studi Strategis Malaqbi (Pussma) Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Lubis, di Mamuju, Minggu.

Ia mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam sejarah terbentuknya tidak terlepas dari peran organisasi islam melalui tokoh-tokohnya yang gigih melawan kolonial.

"Organisasi tersebut, antara lain Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang dalam perkembangannya menjadi organisasi islam terbesar di Indonesia dan terus berperan dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintahan hingga dewasa ini," katanya.

Dalam perkembangannya juga, kata dia, organisasi Islam terus menjamur bahkan ditingkatan mahasiswa dan pelajar dengan tujuannya masing-masing dan pasca runtuhnya kekuasaan Orde Baru, masuknya era reformasi terbuka ruang bagi kelompok-kelompok Islam beraliran keras yang cenderung menggunakan cara-cara radikal guna mencapai tujuannya.

"Radikalisme berarti suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian terhadap sistem di masyarakat sampai akarnya, bila perlu menggunakan cara-cara kekerasan, dan bentuk radikalisme salahsatunya adalah membuat teror atau suatu kondisi takut yang nyata, perasaan luar biasa akan bahaya yang mungkin terjadi," katanya.

Menurut dia, kondisi tersebut nampak pada aksi teror yang terjadi di Indonesia antara lain, peristiwa bom Bali I tanggal 12 Oktober 2002 yang mencengangkan dunia karena menelan korban 202 orang dan mencederai 209 orang lainnya.

Kemudian lanjutnya bom bali II pada 1 Oktober 2005 di Kuta dan Jimbaran, Bali, dengan korban tewas 23 orang dan 196 lainnya luka-luka. Simbol-simbol asing juga tidak luput dari aksi mereka, Bom di Hotel JW Mariott tahun 2003 maupun perstiwa bom di Hotel JW Mariott dan Ritz Carlton tahun 2009.

"Sejumlah orang yang terbukti dipersidangan, telah menjalani hukuman atas perbuatan yang mereka lakukan," katanya.

Oleh karena itu ia mengatakan, Islam sebagai agama "Rahmatan lil `alamin" telah tersudutkan oleh ulah kelompok Islam radikal yang melakukan teror itu padahal Islam diturunkan ke dunia sebagai rahmat bagi seluruh manusia dan alam.

"Pemahaman yang keliru tentang Islam melalui peran organisasi Islam di Sulawesi Barat dengan mengamalkan nilai-nilai Islam secara benar guna menghapus stigma negatif tersebut," katanya.

Ia mengatakan, Pussma Kabupaten Mamuju Utara sendiri akan menggelar seminar keagamaan bertema "Peran Generasi Muda Islam Dalam Penguatan Nilai Islam Rahmatan Lil Alamin Untuk Menangkal Aksi Kekerasan Mengatasnamakan Agama" akan mengulas diantaranya pengertian "teror dan radikal", latar-belakang aksi radikal, dan upaya pencegahannya

Acara itu akan dihadiri peserta seminar perwakilan berbagai organisasi Islam, mahasiswa dan santri pondok pesantren, yakni, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, GP.Ansor, Wahdah Islamiyah, Pesantren yang ada di Kabupaten Mamuju Utara, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Mahasiswa, serta organisasi islam lainnya pada Senin, 23 Maret 2015 di Aula Hotel Mutiara JL Soekarno Hatta Mamuju Utara. Agus Setiawan

Pewarta : M Faisal Hanapi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024