Kupang (ANTARA Sulsel) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof A Chaniago mengatakan pencapaian kinerja pembangunan di Nusa Tenggara Timur dalam 10 tahun terakhir, masih fluktuatif dan cenderung menurun dalam empat tahun terakhir.

"Gambaran pencapaian kinerja pembangunan tersebut dilihat dari pertumbuhan ekonomi NTT pada 2014 sebesar 5,04 persen, sedikit di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional," katanya di Kupang, Selasa, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Direktur Politik dan Komunikasi Bappenas Wariki Sutikno.

Dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi NTT 2016, ia menambahkan pencapaian PDRB perkapita NTT dari 2006 sampai dengan 2013 selalu berada di bawah PDB perkapita nasional.

Di sisi lain, pencapaian tingkat pengangguran terbuka (TPT), Provinsi NTT telah berhasil menurunkan TPT menjadi 3,26 persen di Agustus 2014 dan sudah di bawah rata-rata nasional sebesar 5,94 persen (Agustus 2013).

Dalam empat tahun terakhir, rata-rata tingkat pengangguran terbuka cenderung meningkat dibandingkan tren nasional yang cenderung menurun.

Sementara itu, Provinsi NTT telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 (September) menjadi 19,60 persen, masih berada di atas rata-rata nasional 10,96 persen.      

Meskipun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan tren penurunan, namun perlu upaya lebih keras lagi untuk menurunkan tingkat kemiskinan sesuai sasaran yang diharapkan dalam RPJMN 2015-2019.

Dari sisi kependudukan, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi NTT masih sangat tinggi yaitu sebesar 2,07 persen dan berada di atas rata-rata nasional.

Angka tersebut bahkan meningkat dibanding rata-rata laju pertumbuhan penduduk untuk periode 1990-2000 yaitu sebesar 1,64 persen.      

Sejalan dengan tingginya rata-rata laju penduduk, angka fertilitas total di Provinsi NTT juga berada diatas rata-rata nasional.

Dalam  kurun waktu 30 tahun (1980-2010) jumlah penduduk NTT meningkat 1,95 juta dan diproyeksikan meningkat sebanyak 2,14 juta dalam kurun waktu 25 tahun kedepan.

Peningkatan jumlah penduduk ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan daerah, termasuk dalam menjamin ketersediaan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial dasar lainnya.

Sementara itu, dari sisi rasio ketergantungan, rasio di Provinsi NTT masih sangat tinggi.

Diperkirakan rasio ketergantungan dibawah 50 persen tidak akan terjadi hingga tahun 2035. Rasio ketergantungan terendah yang dicapai NTT diproyeksikan sebesar 61,5 pada tahun 2035.

Karena itu, perlu upaya sungguh-sungguh untuk memastikan terjadinya penurunan rasio ketergantungan ini, termasuk upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan total fertility rate, katanya. L. Molan

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024