Memiliki anak multitalenta, bisa melakukan banyak hal, kreatif, dan pintar merupakan impian umum setiap orang tua di tengah perkembangan zaman.

Pada era sekarang ini, tuntutannya tidak hanya memiliki tingkat literasi teknologi yang tinggi, tetapi juga harus berkualitas dan produktif agar mampu bertahan hidup.

Lalu, bagaimana caranya untuk dapat mencetak anak yang memiliki multitalenta tersebut? Apakah sulit? Jawabannya, tidak sulit untuk merealisasikan impian besar tersebut. Kuncinya adalah orang tua dapat memanfaatkan 1.000 hari pertama kehidupan si buah hati. Kapankah 1.000 hari pertama tersebut?

Waktu 1.000 hari pertama, kata Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak & Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo Dr.dr. Ahmad Suryawan, Sp.A. (K) adalah dimulai dari masa janin berada dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun, yang terdiri atas tiga periode.

Periode pertama, saat terjadi pembentukan organ utama, seperti otak, jantung, paru, hati, ginjal, dan organ indra mata, telinga, dan hidung (janin dalam kandungan kurang lebih 280 hari).

Periode kedua, adalah saat anak lahir hingga usia enam bulan yang membutuhkan waktu 180 hari.

Periode terakhir, saat organ tubuh anak berfungsi dengan saling berintegrasi satu sama lain untuk membentuk kesehatan dan kemampuan tumbuh kembang anak (usia enam bulan hingga dua tahun atau 540 hari).

Dari tiga periode tersebut, jika ditotal, menjadi 1.000 hari atau yang disebut hari pertama kehidupan (HPK).

    
       Tak Tergantikan

Waktu 1.000 hari pertama kehidupan anak menjadi penting karena menjadi penentu kehidupan anak pada masa mendatang, baik untuk pertumbuhan fisik maupun organ reproduksinya.

Pertumbuhan fisik pada anak akan tumbuh pesat hingga anak berusia enam tahun, kemudian grafik pertumbuhannya relatif datar hingga anak berusia 12 tahun.

Percepatan pertumbuhan anak kembali terjadi pada usia 12 tahun hingga anak berusia 18 tahun. Setelah usia 18 tahun, pertumbuhan fisiknya relatif kembali datar.

"Masa 1.000 hari pertama kehidupan anak tidak sama dengan saat tidak lulus ujian, masih ada kesempatan mengulang. Masa ini tidak tergantikan dan tidak dapat diulang," kata Ahmad Suryawan.

Masa ini menjadi tidak tergantikan karena pada periode tersebut terjadi pembentukan struktur sirkuit otak yang relatif sangat cepat. Saat anak lahir, pertumbuhan otak anak mencapai 25 persen dan saat anak berusia dua tahun sudah meningkat menjadi 80 persen sehingga anak sudah harus memiliki dasar kemampuan penglihatan, pendengaran, dan meraba.

Tiga dasar kemampuan tersebut menjadi fondasi anak untuk memiliki dua kemampuan berikutnya, yakni kecerdasan dan perilaku. Kemampuan yang menjadi fondasi tersebut, misalnya, anak diperlihatkan dan diminta memegang pensil maka anak bisa memiliki kemampuan berikutnya dengan mencoret-coret, menggambar bentuk, menulis huruf, angka, dan lainnya.

Pada masa 1.000 hari pertama kehidupan tersebut, kata Ahmad Suryawan, anak seharusnya memiliki bekal kemampuan fisik, komunikasi verbal, kompetensi sosial, dan pembelajaran norma perilaku benar salah dari orang tua atau pengasuhnya.

   
       Kecerdasan Emosi
Saat ini, orang tua tidak lagi dituntut hanya memperhatikan tingkat kecerdasan intelektual, tetapi juga perlu memperhatikan kecerdasan emosi anak. Hal ini dikarenakan intellectual quotient (IQ) hanya memengaruhi 20 persen dari keberhasilan individu dalam masyarakat, sementara 80 persen ditentukan oleh kemampuan lainnya, termasuk di dalamnya kecerdasan emosi.

Kecerdasan emosi atau emotional intelligence (EI) merupakan kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk mengetahui perasaan yang digunakan mengarahkan pikiran dan tindakan sehingga mampu menilai, mengelola, dan mengontrol emosi diriya dan orang lain di sekitarnya.

"Anak yang memiliki kecerdasan emosi akan pandai bergaul, lebih memperlihatkan kasih sayang kepada orang tuanya, berkomunikasi lebih lancar, tidak mudah stress, mudah menerima stimulasi dari lingkungan untuk membentuk kecerdasan multitalenta, dan lebih menghargai orang lain," kata psikolog Dr. Rose Mini, M.Psi. yang akrab dipanggil Bunda Romi ini.

Untuk menstimulasi kecerdasan emosi anak dapat dilakukan dengan cara, yakni pertama, mengenal emosi diri dengan mengajarkan anak memahami dan mengomunikasikan emosi pada orang lain; kedua, mengelola emosi/mengontrol diri dengan mengajarkan anak menyelesaikan masalah dan mengekspresikan rasa kesal dengan cara tepat.

Ketiga, dengan memotivasi diri, yakni meningkatkan kepercayaan diri dengan melatih anak memiliki perasaan optimistis dengan melihat sisi positif dari setiap peristiwa, mengenali emosi orang lain/empati, kemudian memberikan contoh perbuatan baik dan melibatkan anak dalam kegiatan sosial. Selanjutnya, dengan membina hubungan atau melatih keterampilan sosial.

Lalu, bagaimana dengan anak yang tingkat kecerdasan emosinya rendah. Adapun cirinya, antara lain anak akan menjadi menarik diri dari pergaulan, cenderung moody atau uring-uringan, mudah cemas dan depresi, memiliki masalah dalam berkonsentrasi, dan cenderung agresif sehingga mengganggu orang lain.

         
      Pemenuhan Nutrisi

Untuk menjadikan tumbuh kembang anak berjalan maksimal, pemenuhan nutrisi menjadi faktor penentu yang harus diperhatikan oleh orang tua. Hal tersebut dikarenakan dengan kebutuhan nutrisi yang cukup, anak akan memiliki fisik yang kuat dan sehat untuk dapat berkembang secara optimal, baik dari sisi kecerdasaan maupun emosional.

Kebutuhan nutrisi tersebut harus terpenuhi dengan cukup, mulai dari anak lahir hingga minimal dalam 1.000 hari kehidupan pertama si buah hati. Hal tersebut disampaikan Business Unit Head Nutrition for Infant & Baby, Kalbe Nutritionals Helly Oktaviana.

Ia menjelaskan dalam masa 1.000 hari pertama terdapat tiga rentang periode kritis anak sehingga Morinaga tidak sekadar memberikan pemahaman mengenai pentingnya 1.000 hari kehidupan si anak, tetapi juga menghadirkan aplikasi Mommychi.

Melalui aplikasi mommychi tersebut, orang tua dapat memantau perkembangan anak secara berkala. Aplikasi Mommychi yang dapat diunduh dari google play (android) dan app store (ios).

Aplikasi tersebut dapat memantau tumbuh kembang anak sehingga orang tua tidak hanya terpaku pada berat badan anak, tetapi dapat memastikan si buah hati dapat tumbuh dan berkembang secara proporsional dan seimbang.

Jika pada masa 1.000 hari pertama terlewatkan, dibutuhkan waktu setidaknya dua tahun untuk mengembalikannya secara normal. Oleh karena itu, bagi para calon ibu, sangat tepat jika sejak dini memperhatikan, memantau, dan mendeteksi tumbuh kembang anaknya secara rutin.

Jika melihat iklan berikut: "Senangnya punya anak multitalenta, banyak bisanya, aktif (pesepak bola), kreatif, senang bikin rumah-rumahan (jadi arsitek), pintar (jadi astronot)... untuknya kuberikan Morinaga dengan formula platentium untuk mendukung kecerdasan multitalenta membantu menjaga kesehatan pencernaan dan daya tahan si kecil", bisa tidak sekadar melihat, tetapi bisa merealisasi untuk para buah hati orang tua.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor :
Copyright © ANTARA 2024