Makassar (ANTARA Sulsel) - Anggota Komisi XI DPR RI Amir Uskara mempertanyakan tingginya rasio Gini Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Gini rasio Sulsel 4,4 dan berada di urutan ke-3 tertinggi secara nasional setelah Papua dan Gorontalo," kata Amir Uskara di Makassar, Senin.

Rasio Gini digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila koefisien Gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna.

Tingginya gini rasio Sulsel ini, menurut Amir, kontradiktif jika dibandingkan dengan indikator ekonomi dan pembangunan Sulsel yang lain yang justru menunjukkan tren yang positif.

"Pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, IPM Sulsel juga naik dari rangking 19 ke rangking 14. Makanya ini yang saya pertanyakan kepada BPS (Badan Pusat Statistik) sektor apa yang menyumbang tingginya rasio Gini Sulsel," jelasnya.

Sementara itu Kepala Badan Pusat Statistik Sulsel Nursam Salam mengatakan rasio Gini Sulsel saat ini masih berada pada posisi menengah.

"Kecepatan perkembangan modal belum diimbangi dengan percepatan penerimaan pendapatan di tingkat bawah seperti buruh dan petani," ujarnya.

Menanggapi hal ini, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan data gini rasio ini sangat paradoks.

"Data ini sangat paradoks, karena kita berhasil di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan, bukan di sektor industri yang terpusat, mengapa rasio gininya justru melebar," kata gubernur.

Meski demikian, gubernur mengatakan rasio gini yang tinggi ini menjadi cambuk agar jajaran pemerintah bekerja dengan lebih baik lagi.

"Kita harus bekerja lebih baik lagi untuk menutupi kesenjangan ini, kita jangan hanya berkutat dengan data, tetapi kita juga harus melihat situasi di lapangan," pungkas Syahrul. Agus Setiawan

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor :
Copyright © ANTARA 2024