Makassar (ANTARA Sulsel) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Selatan mengunjungi pengungsi Islam Rohingya sekaligus bersilaturahim dengan mereka di Wisma Merah Jalan Pettarani III, Makassar.

"Silaturahim ini sebagai bentuk kepedulian sesama muslim, kami berharap dengan masalah yang dihadapi muslim Rohingya bisa cepat di selesaikan," ujar ketua FKUB Sulsel Prof Abdul Yunus Rahim, Minggu.

Selain itu, FKUB Sulsel akan mencoba memfasilitasi muslim rohingya dengan berbagai cara dengan meminta instansi pemerintah yang terkait masalah pengungsi untuk bergerak mencari cara untuk berhubugan dengan Myanmar demi persoalan kemanusiaan.

"Pemerintah Indonesia sebaiknya menghubungi pemerintah Myanmar untuk segera menerima kembali warganya dan menghentikan kekerasan sehingga mereka pulang dengan selamat dan hidup damai di negerinya," tuturnya.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel ini juga mengharapkan agar instansi terkiat dapat memfasilitasi warga muslim Rohingya untuk bisa mendapatkan negara ketiga untuk menampung warga yang terusir dari negaranya tersendiri akibat korban politik.

"Apabila Myanmar belum dapat menyelesaikan masalah politiknya, saya kira lembaga dan instansi terkait yang berkompeten bisa menemukan solusi lain bagi pengungsi Rohingya salah satunya mencari negara ketiga untuk mendapatkan suaka," harapnya.

Ia menyebut hampir seluruh umat beragama termasuk Indonesia memprotes pemerintah Myanmar atas perlakukan pembantaian umat muslim Rohingya di Myanmar.

"Kami akan terus mengupayakan solusi buat mereka juga saudara-saudara muslim Rohingya atas apa yang menerpa mereka. Kami miris sekaligus protes atas tindakan kekerasan sehingga harus keluar dari negaranya untuk melanjutkan hidup," ucapnya.

Senada Ketua Perwakilan Umat Buddha (Walubi) Sulsel Yongris pada kesempatan itu juga mengatakan apa yang menimpa warga Rohingya adalah perbuatan yang jelas melanggar Hak Asasi Manusia.

"Kami berupaya untuk membantu mereka dengan mengirimkan surat kepada Walubi Pusat untuk mendesak pemerintah Myanmar menghentikan kekerasan terhadap mereka. Selain itu kami juga memberikan bantuan seadanya untuk melanjutkan hidup," paparnya.

Seorang pengungsi Islam Rohingya Muhammad Ayas saat berdialog dengan FKUB dan perwakilan Walubi mengatakan dirinya sudah tinggal di beberapa negara sejak kejadian kekerasan yang dialami keluarganya.

"Saya sudah dua tahun di sini, di tempat pengungsian jalan Mappaodang. Sebelumnya, saya pernah tinggal di Thailand, lalu pindah ke Malaysia, kemudian di Medan sempat mau ke Australia, namun kapal rusak dan terdampar di Timur Leste, dan akhirnya ke Makassar pada 2013," kata pria berprofesi sebagai guru bahasa Inggris itu.

Diketahui jumlah pengungsi Rohingya di Makassar sekitar 200 orang lebih dan tinggal di berbagai tempat di Makassar seperti di Wisma Merah, jalan Mappaodang, jalan Perintis Kemerdekaan, jalan Mapala, dan Jalan Harimau.

Untuk keberlangsungan hidup pengungsi Rohingya sementara ini pihak International Organization for Migration (IOM) bertindak memberikan biaya hidup perorang Rp1.250 juta dan anak-anak hingga usia 16 tahun masing-masing Rp500 ribu.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024