Makassar,(Antara Sulsel) - Sejumlah warga Makassar menjadi korban delay atau penundaan penerbangan berkepanjangan akibat terbakarnya Terminal 2E Bandara Internasional Soekarno - Hatta Jakarta Minggu (5/7) pukul 05.50 WIB.

"Saya mengalami delay sembilan jam. Jam 05.00 Wita subuh tadi baru terbang dari Jakarta. Alhamdulillah sudah `landing` di Makassar," ujar ujar warga Makassar, Fauziah Zulfitri di Makassar, Senin.

Dia mengaku heran kenapa maskapai sekelas Garuda tidak siap menghadapi krisis. "Semua petugas panik. Nggak ada penjelasan, malah meninggalkan penumpang. Karena manajemen krisis teruji ketika menghadapi krisis," kata trainer tersebut.

Fauziah juga heran selama delay Garuda tidak memberikan kompensasi sama sekali. "Kami tidak ditawari makanan sampai subuh tadi. Nggak ada kompensasi sama sekali. Yang saya heran juga kenapa ada banyak tentara," katanya.

Fauziah mengatakan permasalahan lain muncul ketika sudah tiba di Makassar sekitar satu jam namun bagasi berupa dua koper belum ada.

"Petugas di Makassar tidak siap. Seharusnya diantisipasi. Sudah tahu pesawat delay sembilan jam. Penumpang membludak, bagasi tidak ada. Yang `handle` cuma dua orang," katanya.

Warga Makassar lainnya yang menjadi korban delay berkepanjangan pada Minggu (5/7) adalah Syamsul Arifin.

"Saya juga jadi korban delay. Sekarang ini semestinya boarding jam 06.00 WIB, baru boarding jam 07.50. Di Bandara banyak sekali yang delay seperti ke Yogyakarta, Bau Bau, Surabaya dan Bali. Yang parah ke Jayapura seharusnya pukul 13.30 WIB hingga pukul 07.50 Wita masih nunggu," katanya.

Marketing & Sales Manager PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk BO Makassar, Irfan Farhan Fuadi mengatakan delay berkepanjangan karena efek domino.

"Pemberangkatan Garuda hampir 500 flight per hari. Dalam satu jam bisa 20 flight. Jadi jika ada satu jam saja bermasalah maka efeknya cukup besar. Apalagi kejadian kemarin di jam padat dan cukup lama," katanya.

Irfan mengatakan pihaknya menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penumpang atas ketidaknyamanan yang dialami akibat insiden force majeur tersebut.

Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024