Makassar (ANTARA Sulsel) - Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah di Makassar, 3-7 Agustus 2015 menjadi ajang regenerasi kepemimpinan ormas itu untuk mengendalikan organisasi periode 2015 - 2020.

Tema mengenai regenerasi pucuk pimpinan Muhammadiyah tersebut sebelumnya menjadi agenda khusus pada Silaturahmi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Timur yang dihadiri Ketua Umum Prof Dr Din Syamsuddin dan sejumlah kandidat di Surabaya, Senin (27/7).

Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Tamhid Masyhudi mengatakan terdapat 82 calon yang telah mengembalikan blangko kesediaan menjadi pimpinan pusat Muhammadiyah.

"Dari 82 bakal calon tersebut akan dipilih 13 calon pada sidang tanwir yang akan berlangsung pada 1 Agustus 2015 kemudian di forum muktamar dipilih ketua umum dan 13 formatur," katanya.

Berdasarkan data, blangko kesediaan nomor urut satu disampaikan oleh Prof Dr H Dadang Rahmad MSi dari Jabar, sedangkan blangko kesediaan terakhir diserahkan oleh Prof Dr Muhajir Efendi yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

Sejumlah nama yang disebut-sebut memiliki kans menjadi ketua adalah Prof Dr Syafiq Mughni (PP Muhammadiyah), Prof Dr Muhajir Effendi, Prof Dr Tohir Luth (Ketua PWM Jatim), Dr H Abdul Mu`ti MEd (PP Muhammadiyah), Drs Hajriyanto Y Thohari MA (mantan Wakil Ketua MPR RI), Prof Dr Ahmad Jainuri PhD (mantan Rektor Umsida Sidoarjo), Dr Rizal Sukma (pengamat internasional), Dr H Haidar Nashir MSi (PP Muhammadiyah) dan dr Agus Taufiqurrohman SpS Mkes (Ketua PWM Daerah Istimewa Yogyakarta).

Pada kesempatan tersebut Din Syamsuddin mengharapkan agar Muktamar Muhammadiyah berlangsung lancar, berkualitas, elegan dan bermartabat.

"Mudah-mudahan muktamar besok tidak banyak membawa perbedaan yang membawa perpecahan. Mudah-mudahan tidak ada label radikal atau liberal terhadap calon yang merupakan character assacination," katanya.

Din mengatakan muktamar kali ini akan dihadiri 16 Pimpinan Cabang Internasional Muhammadiyah (PCIM) dan organisasi Muhammadiyah yang tidak ada kaitan dengan Muhammadiyah di Indonesia dari Malaysia, Singapura, Kamboja, Laos dan lainnya.

"Soal kepemimpinan ini kami berharap setiap muktamirin bisa objektif, tidak sentimentil," ujar Din.

Menurut Din yang telah memimpin Muhammadiyah selama 10 tahun tersebut proses pemilihan ketua Muhammadiyah panjang, bertingkat dan rumit sehingga menjadi model bagi organisasi lain.

"Setelah diteliti Panlih terjaring 82 bakal calon anggota PP Muhammadiyah kemudian disaring lagi menjadi 39 kemudian dibawa ke tanwir menjadi 13 kemudian dibawa ke muktamar," katanya.

Pada kesempatan tersebut Din Syamsudin menyampaikan sejumlah kriteria terkait proses pemilihan ketua.

"Ketua Muhammadiyah haruslah orang yang memiliki wawasan keislaman yang luas dan mendalam, namun tidak hanya memberi tafsir ke ayat-ayat kauliyah tetapi juga ayat-ayat kauniyah. Jangan sampai paham Quran dan hadist tetapi buta realitas. KH Ahmad Dahlan bilang ulama intelektual," katanya.

Kriteria lainnya adalah ketua Muhammadiyah haruslah insan merdeka yang tidak takut pada siapapun sehingga menjadi "civil society" yang moderen dan mandiri dan mempunyai keterampilan manajerial yang bisa menggerakkan tidak hanya dari Muhammadiyah.

Tradisi Lulusan AS

Saat memandu pertemuan silaturahim Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Jatim, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Tamhid Masyhudi berseloroh kalau ketua baru Muhammadiyah bakal melanjutkan tradisi lulusan Amerika Serikat (AS).

Seperti diketahui Din Syamsuddin adalah alumni S3 perguruan tinggi di Amerika Serikat, demikian pula ketua umum Muhammadiyah sebelumnya, seperti Buya Syafii Ma`arif dan Amien Rais.

Seloroh Tamhid tampaknya mengarah ke mantan Ketua PWM Jatim dan pengurus PP Muhammadiyah Prof Dr Syafiq Mughni yang juga alumni Amerika Serikat. Syafiq selain sebagai mantan rektor Umsida Sidoarjo juga mantan anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Jatim.

Sedangkan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Najib Hamid MSi mengatakan tiga tokoh mulai menguat sebagai kandidat ketua umum untuk menggantikan Din Syamsuddin.

Najib mengemukakan hal itu di sela-sela menghadiri Workshop Registrasi Online Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah di Unismuh Makassar beberapa waktu lalu.

Tiga tokoh tersebut adalah Prof Dr Syafiq A Mughni (alumni University of California dan Pesantren Persis), Dr Haedar Nashir (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Fisipol UGM) dan Dr Abdul Mu`thi (Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, alumni Flinders University Australia).

"Pak Syafiq mempunyai jaringan ke luar dan ke dalam. Mas Mu`thi, masih muda dan lincah, sedangkan Pak Haedar Nashir menjaga kekuatan ke dalam," kata mantan anggota KPU Provinsi Jawa Timur tersebut.

Dia mengatakan pemilihan ketua umum tersebut menjadi hak prerogatif dari 13 orang formatur yang dipilih dari 39 nama yang berasal dari sidang tanwir karena itu suksesi di Muhammadiyah terlihat kurang menarik.

"Kami berharap muktamar kali ini tidak sekadar muktamar tetapi mendukung gerakan menjadi lebih baik lagi dalam mendukung gerakan Muhammadiyah," katanya.

Najib Hamid mengatakan muktamar bertujuan untuk melakukan evaluasi program, perencanaan program dan melakukan pemilihan pimpinan, sedangkan secara kultural muktamar itu merupakan "hari raya"-nya Muhammadiyah.

Representasi Indonesia Timur

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Dr KH Alwi Uddin MAg yang juga dosen UIN Alauddin mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan untuk masuk sebagai salah satu calon Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020.

Dukungan tersebut berasal dari Sulawesi Selatan dan berbagai provinsi di Indonesia, karena Alwi Uddin dianggap sebagai kiai/ulama senior, sekaligus sebagai representasi dari kawasan timur Indonesia.

"Saya kira ini kesempatan besar untuk memperjuangkan masuknya tokoh Muhammadiyah dari Sulsel dalam kepengurusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, karena belum tentu lima tahun yang akan datang, akan muncul lagi tokoh sekelas Pak Kiai (KH Alwi Uddin)," kata Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulsel Mahyudin Nur.

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam Rapat Pleno Diperluas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel yang dihadiri Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Sulsel, Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), serta Ketua Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah, di Ruang UBC Menara Iqra Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

Sejumlah Ketua PDM juga mengungkapkan hal yang sama, namun ada juga yang melontarkan peringatan akan pentingnya KH Alwi Uddin untuk memikirkan suksesi kepemimpinan di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

Mendapat dukungan dan peringatan tersebut, KH Alwi Uddin mengatakan dirinya akan meminta petunjuk kepada Allah SWT melalui shalat istikharah.

Mendengar pernyataan tersebut, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Drs H Mawardi Pewangi MPd, langsung mengatakan KH Alwi Uddin tak perlu shalat istikharah.

"Tidak perlu shalat istikharah, karena ini sudah amanah," kata Mawardi sambil tersenyum yang langsung disambut tawa dari para peserta rapat.

KH Alwi Uddin mengatakan dirinya memang mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan, baik yang disampaikan langsung kepada dirinya, maupun melalui berbagai forum.

"Saya memang termasuk dianggap senior di kalangan Muhammadiyah, tetapi sekali lagi saya harus melaksanakan shalat istikharah dulu sebelum mengambil keputusan," ujarnya.

Pewarta : Agus Setiawan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024