Makassar (ANTARA Sulsel) - Dominasi Kontingen Jawa Timur di ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) sempat terganggu dengan munculnya tim Jawa Barat sebagai juara umum pada pelaksanaan 2014.

Kegagalan tahun lalu itu memberikan tantangan tersendiri bagi Jatim untuk kembali mempersiapkan diri lebih maksimal. Upaya itu berbuah manis dengan kembali membuktikan sebagai penguasa di ajang olahraga pelajar terbesar di Indonesia tersebut pada pelaksanaan O2SN VIII di Makassar, Sulawesi Selatan, 2-7 Agustus 2015.

Jawa Timur sukses merebut kembali "mahkota" yang sempat hilang setelah menjadi daerah pengumpul medali terbanyak dengan raihan 16 medali emas, 12 medali perak dan 12 medali perunggu berdasarkan hasil rekap terakhir panitia Provinsi Sulsel.

Perolehan medali Jatim ini sendiri juga masih tanda tanya karena rekap panitia provinsi dan pusat terjadi perbedaan yang mana untuk rekap pusat menempatkan Jatim sebagai juara umum dengan 18 medali emas, 14 perak dan 15 perunggu.

Adapun Kontingen Jawa Barat yang sebelumnya berstatus sebagai juara bertahan harus puas menempati posisi runner-up dengan perolehan 15 medali emas, 14 perak dan 12 perunggu.

"Kami ucapkan selamat kepada Jatim yang keluar sebagai juara umum. Kami juga bersyukur pelaksanaan O2SN di Makassar berjalan dengan lancar," kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Mendikbud, Hamid Muhammad.

Keberhasilan Jatim di O2SN 2015 ini sekaligus memperpanjang rekor juara menjadi tujuh kali. Adapun status juara umum sebelumnya direbut pada pelaksanaan 02SN 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013.

Pada pelaksanaan 2008 yang juga merupakan penyelenggaraan O2SN yang pertama, Kontingen Jawa Timur keluar sebagai yang terbaik dengan perolehan 21 medali emas, 11 medali perak dan 19 medali perunggu.

Selanjutnya pada 2009 tampil sebagai juara dengan raihan 22 medali emas, 16 perak dan tujuh medali perunggu.

Untuk pelaksanaan 2010 meraih 24 medali emas, 16 medali perak, 20 perunggu, O2SN 2011 (28 medali emas, 17 perak dan 11 perunggu), O2SN 2012 (19 medali emas, 15 medali perak dan 21 medlai perunggu) serta pelaksanaan 2013 yakni 25 medali emas, 17 medali perak dan 17 medali perunggu.

Tuan Rumah Belum Ditentukan

Jika Jawa Timur sudah dipastikan sebagai juara Umum O2SN 2015, ternyata tidak demikian dengan penentuan siapa yang akan menjadi tuan rumah pelaksanaan O2SN pada 2016.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Mendikbud, Hamid Muhammad mengatakan jika setiap penutupan biasanya dilaksanakan serah terima pataka untuk tuan rumah namun untuk kali ini memang tidak dilakukan.

"Karena ada masalah teknis sehingga kita saat ini belum menentukan dimana lokasi pelaksanaan O2SN IX 2016," katanya dihadapan para kontingen saat acara penutupan O2SN 2015 di Makassar.

Namun demikian, kata dia, pihak kementrian akan mengirim soal petunjuk pelaksanaan termasuk cabang olahraga yang akan dipertandingan untuk tahun depan. Pihaknya juga terus berkomitmen untuk lebih meningkatkan kualitas O2SN kedepan.

Untuk daerah peserta juga diminta untuk terus fokus dalam pembinaan pada siswa dan olahraga di daerah masing-masing.

Pihaknya juga pada ajang ke depan akan bekerjasama dengan KONI untuk membina siswa agar masuk olahraga prestasi karena yang dibangun saat ini adalah olahraga pendidikan.

"Kami akan melakukan evaluasi untuk peningkatan kualitas O2SN kedepan. Kami juga akan melakukan standarisasi cabang yang akan dipertandingkan untuk seluruh tingkatan pendidikan seperti SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB dan SMK," jelasnya.

Ketua Panitia O2SN 2015 Jamal Abdi menyatakan untuk pelaksanaan di Makassar diikuti sebanyak 7.327 peserta dari 34 provinsi di Indonesia, Jumlah itu terdiri dari 4.037 atlet atau siswa dan sisanya merupakan para pendamping, pembina, juri/wasit, asisten juri/wasit, panitia pusat dan daerah.

Sebanyak 4.037 atlet yang berasal dari berbagai pendidikan dan sekolah mulai dari tingkat SD/SDLB SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK itu saling bersaing menjadi yang terbaik pada 13 cabang olahraga yang dipertandingan.

13 cabang olahraga yang dipertandingkan yakni catur, atletik, bulu tangkis, tenis meja, senam, renang, karate, pencak silat, bola voli mini, futsal, balap kursi roda, serta olahraga tradisional bocce.

O2SN Ajarkan Menjadi Pemimpin Sportif

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) bukan hanya sebagai ajang mencari prestasi namun juga bertujuan mengajarkan siswa untuk menjadi pemimpin yang memiliki jiwa sportivitas.

Bangsa Indonesia butuh pelajaran tentang sportifitas karena banyak sekali urusan tidak selesai disebabkan yang kalah tidak mengakui kekalahan.

"Maka melalui O2SN ini para siswa berlatih sehingga jika mengikuti pilkada mereka mau menerima hasil. Biarkan jika memimpin perusahaan, ada rapat maka mereka mau menerima hasil karena sudah terlatih di O2SN," katanya.

Ia menjelaskan, akhir-akhir ini jiwa sportivitas masyarakat memang mengalami penurunan. Bahkan hal itu bukan hanya terjadi di dunia olahraga namun diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, kata dia, para siswa melalui O2SN ini diharapkan bisa menunjukkan dan mengajarkan bangsa Indonesia tentang pentingnya sportivitas.

"Salah satu pesan penting yakni bukan hanya sekedar pertandingan olahraga dan prestasi namun juga penumbuhan karakter-karakter dan budi pekerti yang akan berguna ke depan," katanya.

Selain mengajarkan pentingnya sportivitas, ajang yang sudah memasuki pelaksanaan ke-8 ini juga memiliki dua tujuan positif lainnya yakni mengajarkan kemamdirian dan kepemimpinan.

Mengenai persoalan kemandirian, lanjut dia, pentingnya kemampuan mengontrol diri, percaya diri, daya inisiatif dan mampu menyelesaikan persoalan dengan penuh tanggung jawab.

Kemandirian itu bisa dijumpai di bidang olahraga melalui pertandingan perorangan atau beregu. Untuk atlet perorangan misalnya, sambung dia, maka setiap atlet diajarkan untuk bisa mengendalikan diri sendiri dan melawan rasa malas dalam berlatih.

Sementara untuk kemempimpinan juga ada di O2SN karena setiap individu harus memiliki kemampuan memimpin dan dipimpin. Melalui O2SN ini juga maka setiap siswa akan mengetahui pentingnya sebah kelompok dalam mencapai keberhasilan.

"Keberhasilan kelompok bukan hanya ditentukan oleh satu atlet namun juga melalui bantuan tim yang lain. Inilah pentingnya untuk bisa menerima status dipimpin atau memimpin," ujarnya.

Pewarta : Abd Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024