Makassar (ANTARA Sulsel) - Muktamar Muhammadiyah ke-47 dan Satu Abad Aisyiyah di Makassar, 3-7 Agustus 2015, telah mengusung tema besar "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan" yang momentumnya pas menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-70.

Tentang diangkatnya tema tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010-2015 Prof Dr HM Din Syamsuddin telah memberikan penjelasan dalam pidato pembukaan muktamar dihadapan Presiden Joko Widodo, para pejabat negara, tamu asing dan di hadapan 13.000 peserta dan penggembira di Lapangan Karebosi.

Dalam pidato iftitah di lokasi muktamar Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, dia mengatakan muktamar kali ini untuk meneguhkan visi keislaman Muhammadiyah yakni Islam Berkemajuan melalui strategi dakwah pencerahan bagi terwujudnya visi kebangsaan Indonesia berkemajuan.

Islam berkemajuan, ujar dia, adalah pandangan dunia (worldview) Muhammadiyah tentang Islam yang merupakan "dinul hadharah", agama kemajuan atau peradaban.

"'Worldview' ini selain memiliki dasar teologis pada dalil-dalil naqli dalam Al Qur'an dan Al Hadist, juga mempunyai relevansi bahkan urgensi dengan realitas kehidupan umat Islam dewasa ini yang belum menunjukkan kemajuan," kata Din Syamsuddin.

Dalam kaitan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia, pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengatakan adalah saatnya bagi Muhammadiyah untuk merealisasikan visi Islam Berkemajuan sebagai jalan untuk mewujudkan Indonesia Berkemajuan.

"Ini merupakan bentuk komitmen terhadap Pancasila dan Undang-Undangan Dasar 1945," katanya.

Pemilihan tema di atas juga mendapatkan apresiasi dari mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Syafii Maarif atau Buya Syafii karena bangsa Indonesia saat ini menghadapi aneka problema yang sudah akut.

"Pemilihan tema ini 'gawat' karena Indonesia saat ini memiliki masalah yang komplek seperti demokrasi, HAM, parpol yang 'rabun ayam', kemiskinan, korupsi dan sepinya negarawan," ujarnya saat Dialog Kebangsaan di lokasi muktamar bersama Prof Dr Amien Rais dan Prof Malik Fajar.

Pentingnya tema Islam Berkemajuan untuk Indonesia Berkemajuan juga disampaikan pakar peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya yang masuk 13 besar PP Muhammadiyah, Prof Dr Syafiq Mughni. Dia mengatakan Islam Berkemajuan adalah pemikiran atau gerakan yang berada di tengah-tengah antara Islam Impor dan Islam Nusantara, Islam Berkemajuan bermakna proses untuk semakin maju.

"Islam ini berpikir reformis, terus-menerus menggerakkan masyarakat Indonesia untuk mendialogkan tradisi lokal dan arus global dengan tradisi Islam yang universal. Islam Berkemajuan bersifat kritis dan selektif terhadap tradisi yang sudah mapan di masyarakat dan gerakan yang datang dari negara lain," ujarnya.

Berkontribusi untuk bangsa

Kontribusi Muhammadiyah dalam mewujudkan Indonesia Berkemajuan telah diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan sambutan pembukaan muktamar di Lapangan Karebosi Makassar.

Menurut Jokowi, sejak didirikan di Yogyakarta pada 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah telah berperan mencerdaskan umat dan menyejahterakan  masyarakat melalui usaha perserikatan.

Jokowi menilai komitmen Muhammadiyah untuk menjadi Islam berkemajuan telah menjawab tantangan jaman, telah menjadi kekuatan transformatif menuju terbangunnya  tatanan kehidupan umat yang lebih baik.

Muhammadiyah telah lama dikenal sebagai organisasi Islam yang kaya gagasan, kaya dengan kreativitas. Dan kontribusi Muhammadiyah bagi negara dan bangsa tidak hanya dikenal di kota-kota besar, tapi juga di pelosok desa.

"Bayangkan berapa ratus ribu bahkan jutaan bayi telah lahir di rumah sakit rumah sakit PKU Muhammadiyah  atau klinik bersalin   Aisyiah di seluruh prlosok Nusantara ," katanya.

Untuk itu, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan  terima kasih atas kontribusi Muhammadiyah, termasuk di bidang koperasi, baitul maal, panti asuhan dan badan usaha  lainnya.

"Kita semua menaruh hormat pada Muhammadiyah, pada kontribusi Muhammadiyah pada bangsa dan negara ini," ujar Jokowi.

Presiden Jokowi memuji pemilihan tema Muktamar ke-47 Muhammadiyah, "Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan", yang dinilainya sangat relevan dengan keadaan bangsa saat ini.

Tema Muktamar relevan dengan pandangan Islam Muhammadiyah yang berkemajuan, sumber daya manusia yang berkualitas, pengalaman sosial yang panjang, serta kepercayaan masyarakat yang luas.

"Tema itu mencerminkan kredo Muhammadiyah untuk menjadi umat terbaik,  menjadi kekuatan transformatif menuju kemajuan bangsa," kata Jokowi.

Presiden mengingatkan, bahwa perjalanan bangsa masih panjang. Indonesia masih menghadapi tantangan seperi kemiskinan, ketidakadilan, korupsi serta narkoba. Di saat yang sama, Indonesia juga harus bersaing dengan kekuataan ekonomi raksasa dunia.

Karenanya, Presiden Jokowi menegaskan peran penting Muhammadiyah masih perlu untuk dilanjutkan. "Saya berharap Muhammadiyah tetap melanjutkan peran sejarahnya, menjadi pembawa misi pencerahan dalam menjawab tantangan zaman," katanya.

Presiden juga berharap Muhammadiyah menjadikan dakwah Islam yang berkemajuan sebagai motor pembaruan pemahaman agama yang rasional dan terbuka pada kemajuan ilmu pengetahuan, namun berkarakter moderat yang sejuk, teduh, dan berkeadaban.

Menurut Prof Dr Abdul Munir Mulkhan SU dalam buku "Boeah Fikiran Kijai H.A. Dachlan" jumlah anggota Muhammadiyah per 11 Juni 2015 sebanyak 1.210.854,  34 Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah 447, Pimpinan Cabang 3549, sedangkan jumlah ranting 35.000.

Adapun jumlah amal usaha Muhammadiyah meliputi sekolah dan pesantren mencapai 10.000, perguruan tinggi 190 termasuk yang dikelola Aisyiyah, rumah sakit 250 dan tempat ibadah 35.000.  

Indonesia Berkemajuan

Gagasan Indonesia Berkemajuan sudah dituangkan dalam sebuah buku yang disusun oleh para profesor dan doktor yang dipimpin oleh Dr Haedar Nashir, anggota PP MUhammadiyah 2015-2020 yang memperoleh suara terbanyak dari 13 calon anggota dan kini menjadi ketua umum PP Muhammadiyah 2015-2020.

Buku tersebut telah memperoleh pengesahan dalam Tanwir Muhammadiyah di Samarinda 23-25 Mei 2014 dan telah ditanfdizkan oleh PP Muhammadiyah. Buku ini juga telah dibagi-bagikan kepada peserta muktamar agar bisa memahami gagasan Indonesia Berkemajuan.

Buku "Indonesia Berkemajuan : Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan Yang Bermakna" mengandung bahasan terdiri dari Pendahuluan, Tafsir Indonesia Berkemajuan, Realitas Kehidupan Kebangsaan, Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan kemudian Nilai dan Lingkungan Strategis.

Bab terakhir ini menawarkan bahasan tentang Agamas Sumber Nilai Kemajuan, Pendidikan Yang Mencerahkan, Kepemimpinan Profetik, Institusi yang progresif dan keadaban publik.

Sisi praktis dalam menjalankan gagasan Islam Berkemajuan dan Islam Berkemajuan sebenarnya sudah digagas KH Ahmad Dahlan sejak kelahiran Muhammadiyah seabad yang lalu dan masih relevan hingga kini, namun memerlukan revitalisasi dan kontektualisasi.

Din Syamsuddin menyebut hal itu dengan semangat "al muhafazhah 'alal qadimis shalih wal ijad bil jadidil ashlah" atau memelihara yang baik dari masa lalu dan menciptakan yang terbaik dari masa kini.

Salah satu bentuk konkret praktik Indonesia Berkemajuan yang sempat menjadi "trending topic" di sosial media adalah jihad konstitusi yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah saat ini.

"Kami akan mendorong dan mengawal PP Muhammadiyah 2015-2020 untuk tetap melakukan jihad konstitusi, tidak hanya dengan judicial review ke MK namun juga terlibat dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan," ujar Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Husni Amriyanto.

Praktek pendidikan yang mencerahkan untuk Indonesia Berkemajuan juga diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan, yang mengenyam pendidikan TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Yogyakarta.

"Izinkan pemerintah ikut dalam jaringan Aisyiyah, kita bersama-sama mendorong program ini, terutama pendidikan usia dini," ujarnya di hadapan peserta Muktamar Aisyiyah.

Muktamar juga telah menghasilkan keputusan penting terkait isu keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal yakni membangun masyarakat ilmu, toleransi dan kerukunan antar umat beragama, peningkatan daya saing umat Islam, penyatuan kalender Islam, melayani kelompok difabel dan rentan lainnya.

Selain itu, pengendalian narkotika psikotropika dan zat adiktif, tangguh menghadapi bencana, berjamaah melawan korupsi, jihad konstitusi, mitigasi perubahan iklim, pemanfaatan teknologi komunikasi, human traffficking dan perlindungan buruh migran.

Pewarta : Agus Setiawan
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024