Makassar (ANTARA Sulsel) - Perjuangan organisasi massa (ormas) Islam "Aisyiah" sudah mencapai satu abad melebihi usia kemerdekaan Indonesia yang sebentar lagi merayakan hari jadinya yang ke-70.

"Kemerdekaan kita baru menuju satu abad, tetapi Aisyiah sudah mengabdi lebih satu abad dan memasuki abad ke-2, tentulah bangsa ini tidak bisa berkembang seperti ini tanpa perjuangan Aisyiah," ungkap Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla (JK) memberikan apresiasinya pada penutupan Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Seabad Aisyiah di Makassar.

Putra daerah Sulsel JK sendiri mengaku dibesarkan di lingkungan, keluarga Aisyiah karena ibunya, Hj. Atirah, merupakan salah satu penggiat Aisyiah di Sulsel.

Mencermati hal itu, wajarlah jika Wapres memberikan harapan penuh pada Aisyiah untuk mengemban amanah dalam memajukan generasi bangsa yang berkemajuan dan berakhlak mulia.

Muktamar Ke-47 Muhammadiyah yang serangkai dengan kegiatan Muhtamar Aisyiah di Makassar ini telah menyatukan kader-kader Aisyiah seantero nusantara untuk menyampaikan buah pikiran untuk memajukan perempuan Indonesia sekaligus mendukung program pemerintah, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi.

Setelah melalui perhelatan dan pemilihan Ketua Umum PP Aisyiah kurang lebih seminggu di Makassar, Siti Noordjannah Djohantini pun terpilih untuk kedua kalinya memimpin ormas yang bergerak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pengukuhannya untuk masa kepemimpinan 2015--2020 menorehkan sejarah yang berulang. Haedar Nashir yang terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Siti Noordjannah Djohantini sebagai Ketua Umum PP Aisyiah merupakan pasangan suami istri.

Sementara itu, kiprah Aisyiah yang mencapai satu abad dicoba dituangkan Ketua Aisyiah terpilih melalui lagu "Seabad `Aisyiah` yang tidak lain menjadi lagu penyemangat Aisyiah pada abad kedua.

Menurut Noordjannah, melalui syair lagu "Seabad Aisyiah" pihaknya mencoba menggambarkan kiprah, sejarah dan spirit luar biasa perempuan-perempuan Aisyiah.

Sejarah Aisyiah tidak hanya aktivitas insani, tetapi juga sebagai wujud ibadah kepada Ilahi, serta yang takkalah pentingnya adalah tidak melupakan kodrat perempuan untuk menjadi ibu yang mengayomi dan mendidik anak di lingkup keluarga.

Islam Berkemajuan

Aisyiah di bawah kepemimpinan Noordjannah untuk periode kedua, sesuai dengan tema muktamar, akan tetap menjadi gerakan pencerahan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam menuju Indonesia yang berkemajuan.

"Kami akan melanjutkan program-program pembangunan bangsa yang dilandasi nilai-nilai Islam berkemajuan, baik itu di bidang pendidikan, bidang kesehatan, maupun bidang ekonomi," kata perempuan yang bermoto "menjadi pimpinan bukan untuk jabatan" ini.

Selain itu, lanjut dia, mengukuhkan institusi keluarga karena meyakini bahwa dari institusi keluarga ini bisa memancarkan, mengembangkan, dan mendorong program pemerintah demi kepentingan bangsa.

"Yang kedua, kami ada karena Aisyiah satu abad ini punya pengalaman bahwa potensi perempuan yang digerakkan kepemimpinan perempuan itu diagendakan, harus menguatkan dari sisi pemikiran yang dilandasi ajaran Alquran dan sunah Rasulullah SAW," katanya.

Khusus dalam pengembangan keilmuan, menurut dia, harus menjadi gerakan pendidian dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Sementara itu, di sektor kesehatan, Aisyiah mencermati bahwa kualitas kesehatan di Indonesia masih pada poin 359, padahal target Millenium Gold Development`s (MGD`s) adalah 102.

Kondisi yang masih jauh dari harapan itu menjadi perhatian besar Aisyiah untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan target tersebut.

"Kami bersama kelompok-kelompok lain terus mendukung kemajuan kualitas kesehatan dengan sosialisasi ataupun penanganan masalah kesehatan di lapangan," kata Noordjannah.

Upaya mendukung peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan itu, diawali dengan penguatan isntitusi keluarga sehingga membantu pemerintah dalam mewujudkan insan yang maju dan memiliki budi pekerti yang baik.

"Di lingkungan keluarga diajarkan untuk saling menghargai dan tidak merendahkan perbedaan jenis kelamin, status sosial, dan sebagainya untuk mendapatkan pendidikan dan hak-hak dasar lainnya, tanpa mengabaikan kewajibannya," kata dalam menjabarkan penguatan institusi keluarga.

Hal tersebut diakui Wapres saat memberikan apresiasi pada Aisyiah. Menurut JK, kekuatan bangsa bergantung pada kekuatan negara sehingga peran perempuan atau ibu dalam membangun keluarga sangatlah menentukan.

"Peranan para ibu atau perempuan sangatlah penting. Oleh karena itu, peran Aisyiah dalam membentuk generasi yang paripurna merupakan esensi pokok dalam mendidik, mengajar, dan membina keluarga dan anak," katanya.

Kekuatan bangsa, kata dia, ditentukan dari kekuatan daerah, kekuatan daerah ditentukan kekuatan kota, dan kekuatan kota ditentukan dari kekuatan daerah.

"Saya di kampung bersekolah tidak masuk TK, langsung masuk SD saja, tetapi adik-adik saya setelah kami pindah di Makassar semua masuk TK Aisyiah yang hanya satu-satunya TK kala itu," kenang JK.

Pesannya kepada Ketua PP muslimat Aisyiah terpilih Siti Noordjannah Djohantini, JK berharap agar amanah yang diberikan para muktamirin dapat dijalankan dengan baik dan mampu mendorong kemajuan umat Islam, khususnya kaum perempuan dalam membawa Indonesia yang berkemajuan.

"Dalam perjalanannya memasuki abad kedua, Aisyiah terus bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zamannya. Oleh karena itu, organisasi ini mengemban amanah yang sangat besar untuk mencerahkan bangsa dan membawa Indonesia berkemajuan," ujarnya.

Kini, sekitar 300.000 muktamirin dan penggembira Muhammadiyah dan Aisyiah secara bertahap meninggalkan Kota Makassar. Kesan yang baik diharapkan menjadi oleh-oleh yang dibawa ke daerah masing-masing dan amanah yang dihasilkan dari muktamar itu diharapkan dapat direalisasikan sekaligus menjawab tantangan dalam mebawa Islam yang berkemajuan.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024