Makassar (ANTARA Sulsel) - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) H Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kebijakan merehabilitasi tanaman kakao bertujuan untuk mengantisipasi penurunan produksi kakao selama ini.

"Kita rehab sekitar 42 ribu hektare karena kondisi produksi yang ada sekarang terus menurun. Jadi dua tahun ini kita putuskan," kata Syahrul di Makassar, Jumat.

Dia mengatakan, dengan adanya rehabilitasi sekitar 40 ribu hektare (ha) lahan tanaman kakao di Sulsel diharapkan ke depan dapat menghasilkan produksi hingga 60 ribu ton.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Perkebunan Sulsel diketahui produksi kakao Sulsel yang terus menurun. Hal itu dapat dilihat dari data 2010 yang mencapai 178,08 ton, kemudian 2011 tercatat 196,70 ton, 2012 turun menjadi 175,81 ton, namun pada 2013 mengalami kenaikan menjadi 179,17 ton.

Khusus 2014, produksi kakao kembali menurun menjadi 137,86 ton dan pada 2015 diharapkan produksi kakao Sulsel tidak terlalu jauh menurun dari total produksi 2014.

Mencermati kondisi tersebut, Gubernur Sulsel mengimbau petani kakao melakukan peremajaan tanaman kakao karena tanaman yang lama sudah kurang produktif lagi.

"Dalam peremajaan dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun dan ke depannya sudah dapat menggenjot produksi lagi," ujarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka selain mengupayakan intensifikasi tanaman kakao, juga melakukan ekstensifikasi tanaman kakao pada lahan yang potensial untuk mengembangkan tanaman kakao.

Hal itu bertujuan untuk tetap menjaga predikat Sulsel sebagai penyumbang produksi kakao terbesar secara nasional, termasuk menyumbang volume produksi ekspor kakao ke mancanegara dan mendorong Indonesia menjadi produsen kakao terbesar di dunia, menggeser produsen kakao Negara Pantai Gading dan Ghana.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024