Palu (ANTARA Sulsel) - Kepala Bidang Teknis Konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Ahmad Yani mengatakan kebakaran hutan yang terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah mengancam habitat berbagai jenis satwa, termasuk yang dilindungi.

"Khususnya di sejumlah zona dalam kawasan Taman Nasional," kata Yani, Kamis, menanggapi kebakaran hutan di berbagai daerah, termasuk di Provinsi Sulteng.

Ia mengatakan di dalam kawasan TNLL ada beberapa lokasi yang selama ini menjadi habitat satwa-satwa endemik.

Lokasi-lokasi itu berada di sekitar hutan TNLL di Desa Kamarora di Kecamatan Nokilalaki,Tongoa, dan Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo.

Juga di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi. Di wilayah tersebut selama ini menjadi habitat satwa endemik Sulawesi yaitu anoa, burung maleo dan tarsius.

Sementara titik kebakaran hutan di Desa Kamaroa, Tongoa dan Lemban Tongoa sangat memprihatinkan karena di situ tempat habitat satwa dimaksud.

"Otomatis kalau hutan terbakar, maka satwa-satwa akan mengungsi dan bisa tidak lagi kembali ke habitatnya," kata dia.

Jika itu sampai terjadi, merupakan suatu kerugian besar bagi pengelola Taman Nasional dan juga masyarakat di sekitarnya karena selama ini menjadi daya tarik wisatawan domistik dan wisatawan mancanegara berkunjung di berbagai obyek wisata di dalam area TNLL.

Pihak TNLL bersama TNI dan Pemkab serta masyarakat Kabupaten Sigi sejak beberapa hari ini melakukan pemadaman, tetapi api belum juga padam total.

Tetapi titik api sudah berkurang menyusul turunnya hujan di wilayah itu.

Hingga kini belum diketahui luas areal hutan TNLL yang terbakar yang diduga kuat karena ulah warga membakar kebun dan membuang puntung rokok.

Luas areal TNLL mencapai 219 ribu hektare berada pada dua wilayah yakni Kabupaten Poso dan Sigi.

Taman Nasional itu selama ini dihuni sekitar 117 jenis mamalia, 29 reptilia, 14 jenis amfibia, dan lebih dari 50 persen diantaranya satwa endemik Sulawesi yang selama ini hidup di kawasan hutan itu.

Pewarta : Anas Masa
Editor :
Copyright © ANTARA 2024