Makassar (ANTARA Sulsel) - Tidak dimungkiri gelombang pemberitaan khususnya dari sejumlah media barat yang menganggap Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan membuat citra ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu tercoreng.

Umat Islam mencoba menangkal sinisme itu yang salah satunya melalui pemberitaan atau informasi-informasi tentang agama Islam sesuai tuntunan Rasulullah.

Dibutuhkan pula peran serta media dan para sastrawan Islam melalui tulisannya mengenai agama Islam yang sebenarnya.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu`mang, mengakui Islam selalu dikaitkan dengan kekerasan. Namun keberadan sastrawan Islam serta pelaksanaan Festival Sastra Islam Nasional (FSIN) yang dilaksaakan Forum Lingkar Pena (LFP) Makassar tentu menjadi momentum untuk memperlihatkan Islam yang ramah, indah, dan damai.

"Namun kali ini FLP dan UIM mampu menampilkan wajah Islam yang ramah, indah, dan damai," katanya.

Dalam sambutannya pada acara "soft opening" FSIN 2015 beberapa waktu lalu, Wagub juga ikut memberikan apresiasi khususnya kepada FLP yang telah menyelenggaran kegiatan seminar dan workshop kepenulisan yang bertema "Sastra dalam Perkembangan Islam".

Pihaknya bangga atas terpilihnya Makassar sebagai tuan rumah FSIN yang akan digelar pada bulan Desember.

Sementara itu, Ketua Pembina FLP Makassar, Edi Sutarto, menyatakan bahwa sastra Islam merupakan sastra yang mengajak para pembaca untuk tetap mengingat kekuasaan Allah.

Sastra Islam juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang dakwah. Bahkan sastra Islam juga bisa menjadi media yang baik dalam meredam tindakan-tindakan yang dilarang agama.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Edi mendesak pemerintah melakukan pendekatan-pendekatan keislaman yang lebih ramah dan damai.

Pada "soft opening", itu pantia menghadirkan novelis Best Seller Ayat-Ayat Cinta Habiburrahman El Shirazy. Selain itu juga hadir penulis novel "Ketika Mas Gagah Pergi" sekaligus pendiri FLP Helvy Tiana Rosa, dan Edi sendiri selaku penulis kumpulan esai "Pemimpin Cinta".

"Semoga sastra Islam mampu menguatkan wajah Islam Indonesia yang dikenal ramah, toleran, dan jauh dari nilai-nilai kekerasan," ujarnya.

Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) Dr Hj A Madjah M Zain berharap sastra Islam dapat membentuk karatker yang lebih bermoral kepada masyarakat, khususnya para kaum muda di Indonesia.

"Kita melihat penduduk dunia sekarang adalah rata-rata remaja muda. Makanya sejak dini harus diajarkan mengenai sastra yang Islami untuk membentuk karakter yang lebih baik dan bermora demi kemajuan bangsa dan negara," katanya.



Tuan Rumah

Masyarakat Kota Makassar patut berbangga setelah mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah FSIN sekaligus untuk yang pertama kalinya di kawasan timur Indonesia.

Edi menyatakan kesiapannya menyukseskan agenda besar tersebut. Pihaknya juga mengapresiasi terhadap dukungan seluruh pihak termasuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

"Kami sekaligus mengajak seluruh pihak untuk ikut berkontribusi dan menyukseskan agenda ini. Kami juga bersyukur mendapat kesempatan sebagai penyelenggara FSIN pada tahun ini," ujarnya.

Sebagai bagian dalam pelaksanaan FSIN 2015, FLP sebagai pelaksana sudah menggelar seminar dan lokakarya kepenulisan bertema Sastra dalam Perkembangan Islam di kampus UIM.

Pihak penyelenggara juga akan kembali menggelar berbagai kegiatan pelatihan menulis di Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) pada November 2015.

"Masih banyak agenda yang kita lakukan sebelum pelaksanaan FSIN pada Desember 2015, di antaranya melakukan pelatihan penulisan untuk peserta lokal di berbagai lokasi," ujarnya.

Wagub berharap dengan kegiatan yang digelar FLP bersama UIM ini bisa menjadi motivasi bagi para penulis muda yang ada di Sulsel untuk terus mengasah kreatifitasnya dalam menulis," katanya.



Ratusan Peserta

FSIN 2015 di Makassar ini rencananya diikuti ratusan satrawan Islam yang berasal dari dalam dan luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Pengurus FLP Malaysia dan Brunei sudah konfirmasi akan mengirimkan wakilnya mengikuti festival ini," kata Edi.

FLP yang terbentuk pada 22 Februari 1997 di Jakarta itu sejauh ini memang telah memiliki ratusan kepengurusan pada tingkat kabupaten/kota, 30 wilayah tingkat provinsi, dan 10 wilayah tingkat negara di antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia.

Sementara untuk negara yang lain, pihaknya masih menunggu konfirmasi selanjutnya. Dirinya juga berharap lebih banyak negara yang terlibat pada pelaksanaan FSIN yang pertama kalinya dilaksanakan di Kawasan Timur Indonesia tersebut.

"Untuk sastrawan Malaysia dan Brunei juga akan membawa beberapa karya untuk di tunjukkan di FSIN 2015. Kehadiran peserta dari luar negeri tentu akan membuat pelaksanaan semakin meraih," katanya.

Selain dari Brunei dan Malaysia, ratusan cabang Forum Lingkar Pena se-Indonesia juga sudah menyatakan kesiapannya mengikuti pagelaran FSIN 2015.

Ia menjelaskan, jumlah peserta yang akan hadir akan terus bertambah karena ada pula sastrawan yang rencananya menampilakn karyanya pada FSIN 2015. Jika saya ada satu sastrawan yang membutuhkan puluhan orang untuk memerankan karyanya maka tentu jumlah peserta yang datang di Makassar akan jauh lebih besar.

Untuk pelaksanaan FSIN 2015 ini akan diisi berbagai acara seperti pembacaan puisi, cerpen, pemutaran film dan pagelaran naskah cerita dari para anggota FLP. 

Pewarta : Abd Kadir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024