Makassar, (Antara Sulsel) - Bupati Bantaeng Prof Dr Ir Nurdin Abdullah M Agr mengatakan keberhasilan Kabupaten Bantaeng menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan karena kepemimpinan dan keteladanan.

"Bantaeng berhasil karena leadership dan keteladanan. Jangan ada kalimat larangan merokok kecuali bupati. Kalau mau hilangkan korupsi harus mulai dari sendiri. Inilah keteladanan," ujar Nurdin pada seminar nasional "Inovasi Karya Anak Bangsa Untuk Indonesia Mandiri" yang diselenggarakan Lembaga Kreatifitas Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, Kamis.

Peraih doktor agrikultur dari Kyushu University Jepang ini bercerita dirinya masuk ke Bantaeng pada saat kondisi daerah tersebut masih tertinggal, penduduknya banyak yang menjadi TKI di Malaysia dan bekerja pada perkebunan kelapa sawit.

"Pada waktu itu kalau hujan banjir, kalau kemarau kurang air. Angka kematian bayi juga tinggi," kata mantan Presiden Direktur PT Maruki Internasional ini.

Berbekal saat belajar di Jepang dan jaringan yang dimiliki di negara tersebut dia kemudian mendapatkan hibah ambulan dan pemadam kebakaran secara gratis kemudian dia juga mendirikan brigade siaga bencana untuk memberikan layanan kesehatan.

"Awalnya Bantaeng menyedihkan sekarang infrastruktur oke, ada rumah sakit, ada stroberi Jepang dan lobak atau daikon," katanya.

Nurdin bercita-cita agar memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEE) kawasan ini diisi produk-produk dari Indonesia.

"Pisang dan mangga di Philipina cantik sekali tetapi bandingkan dengan harum manis kita lebih enak. warnanya hijau. Kalau kuning warnanya lebih manis.

Nurdin mengatakan kalau ingin maju harus melakukan inovasi dan perubahan.

"Kita saat ini hanya mengandalkan pupuk NPK dan urea padahal di negara maju ada jeruk tanpa biji. Ini inovasi. Di Bantaeng kita punya buah besar dan bijinya kecil," katanya.

Nurdin mengatakan kalau melakukan perubahan harus mulai dari diri sendiri.

"Tidak sulit membuat desa menjadi mandiri. Pusat hingga daerah harus melakukan sinergi," katanya.

Nurdin mengatakan dirinya merasa sedih gambut bisa terbakar padahal Jepang mengeluarkan ratusan miliar untuk membuat gambut. "Kita selalu jadi masalah. Ini bikin malu," katanya.

Pewarta :
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024