Makassar (ANTARA Sulsel) - Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Makassar Sujarwo mengatakan kabut yang menyeliputi Kota Makassar selama beberapa hari terakhir adalah fenomena kabut Haze dan bukan merupakan asap kiriman dari Kalimantan.

"Kabut ini bukanlah karena asap akibat kebakaran hutan, melainkan fenomena kabut Haze," kata Sujarwo di Makassar, Senin.

Ia menjelaskan, kabut Haze ini merupakan fenomena yang terjadi karena suhu panas di suatu daerah melebihi suhu pada waktu normal.

Suhu panas yang cukup tinggi, menyebabkan terjadi kekaburan pada udara disebabkan oleh partikel-partikel kering yang sangat kecil dan melayang-layang di udara, sehingga menyebabkan berkurangnya jarak pandang (visibility).

Ia menjelaskan, saat ini suhu udara di Kota Makassar bisa mencapai hingga 36 derajat Celsius.

"Jauh dari suhu normal yang biasanya berada dalam kisaran 32 - 33 derajat Celsius," tambahnya.

Hal ini membuat Kabut Haze bisa timbul di pagi hari, akan hilang ketika terik matahari mulai terlihat.

"Kabut ini biasanya muncul pada pagi hari. Tetapi, siang hari sekitar pukul 13.00, kabut ini hilang, dan biasanya akan kembali terlihat pada sore hari," jelasnya.

Menurut dia, sejauh ini belum ada keluhan penerbangan karena efek Kabut Haze. Karena saat ini jarak pandang masih sekitar 800 meter. Pihaknya juga dikatakannya belum bisa memastikan apakah kabut ini bisa menimbulkan efek sakit bagi masyarakat, karena belum ditemukan korban akibat kabut tersebut.

"Kemungkinan kabut ini baru akan berakhir seiring dengan turunnya hujan pada pertengahan bulan November nanti," ujarnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024