Makassar (ANTARA Sulsel) - Seminar Nasional Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) menghadirkan sejumlah pembicara berkompeten banyak membahas `Espitimologi Islam dalam peradapan manusia.

"Dalam islam, epsitimologi adalah pandangan hidup, tentu berkaitan dengan struktur metafisika dasar islam yang terformulasikan sejalan dengan wahyu, hadist, akal pengalaman dan intuisi," kata pembicara Hamid Fahmi Zarkasyi di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Sabtu.

Menurut Direktur Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor ini mengemukakan secara konseptual hubungan pandangan hidup dengan espitemologi melibatkan penjelasan tentang prinsip ontologi, kosmologi dan aksiologi.

"Kita konsisten percaya bahwa moralitas bukalah sekedar kesepakatan manusia, tapi kehendak Tuhan dan Tuhan adalah nilai tertinggi. Kita percaya ilmu dpat lebih dari apa yang diamati dimana realitas yakni alam supernatural," papar putra pendiri pesantren moderen Gontor ini.

Sementara pemateri lain Mohammadi Shiddik menyatakan dalam islam secara espitimologi, tauhid menjadi pondasi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan tauhid secara aksiologis menjadi pondasi untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dunia akhirat.

"Tauhid adalalah landasan epstemologi maupun landasan aksikologi yaitu pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki setiap manusia pada umumnya dan bagi umat islam khususnya," kata Ketua Umum DDII Pusat itu.

Kendati demikian, Islam tidak mengenal dikotomi, sekularisasi ataupun pemisahan antara ilmu tauhid (agama) yang mengandung nilai-nilai ilahi dan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dengan metode penelitian serta empiris secara induktif dan deduktif," jelasnya.

Dirinya menyebut cendikiawan muslim Prof Ismail R al Faruqi bersama beberapa rekannya telah mendirikan lembaga penelitian dan pemikiran Internasional Institut of Islamic Thought (IIIT) di Virginia Amerika Serikat selanjutnya berkembang di negara lain.

Berdasarkan pembentukan IIIT yang terus berkembang, lanjutnya, hasil penelitian dituangkan dalam buku-buku melibatkan cendikiawan muslim dari seluruh dunia dari berbagai disiplin ilmu untuk mendukung program Islamization of Knowledgeaatau dikenal dengan Islamic Epstimologi atau IE.

"IE mencoba membuat ruh Isam kepada ilmu hingga terjadi suatu `Syntesa` atau integrasi ilmu yang harmonis antara ilmu berbasis wahyu dan ilmu berbasis akal," paparnya.

Koordinator IIIT Indonesia ini menambahkan yang harus diperjuangkan saintis muslim sebagai konsekwensi keimanan dalam membangun paradigma ilmu bebas dari dikotomi, adalah memudahkan generasi muslim membuka wawasan Islamic World Veiw.

Sedangkan guru besar UNM Mansyur H Gani selaku pemateri menuturkan Islam menempatkan sains dan ilmu pengetahuan sebagai suatu yang utama dalam upaya mengangkat harkat dan martabat manusia. Islam menempatkan ilmu pengetahuan sejalan dengan agama.

"Ilmu pengetahuan tanpa agama dan agama tanpa ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang tidak memiliki makna. Banyak orang mempunyai pengetahuan namun tidak percaya dengan agama, begitupun sebaliknya," beber dia.

Menurut dia Al Quran merupakan pedoman bagi umat manusia, ketika mereka ingin mendapatkan keselamatan dunia akhirat. Segenap persoalan kehidupan dapat ditemui dalam kandungan Al Quran, tidak terkecuali ilmu pengetahuan.

"Isi kandungan surah Arrahman ayat 33 menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui seluruh isi semesta dan menciptakan hal baru,"tuturnya.

Senada dilontarkan Muhammad Nusran juga sebagai pemateri menyatakan untuk membuat Islamic World View adalah bagaimana membuat padangan orang tentang ilmu islami itu, jadi bukan sekularisasi ilmu.

"Sebenarnya dalam seminar ini bukan membahas ilmu pasti melainkan menghilangkan sekat. Sebenarnya ilmu itu tidak bebas nilai. Artinya ada nilai bukan bebas liberal, tapi ilmu itu berpihak pada kebenaran, karena ilmu itu datang dari Allah SWT,"ujar dia .

Pengetahuan dan Ilmu yang diberikan kepada orang-orang yang tidak mempunyai agama maka akan bermaksiat berbeda dengan orang jujur mempunyai ilmu tentu akan menegakkan kebenaran.

"Ilmu itu berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan bisa saja dimililki orang banyak, tapi kalau ilmu itu dimilki hanya pada orang orang yang diberikan cahaya dan ilham," ucapnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024