Makassar (ANTARA Sulsel) - Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Makassar Syamsu Rizal mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS di Makassar pada 2015  cukup banyak dan sudah menyentuh angka 7.000 orang lebih.

"Penderita HIV/AIDS jumlahnya sudah sangat memprihatinkan, bahkan saat ini di kota Makassar tercatat lebih dari 7.000 orang positif terkena virus mematikan ini," ujar Syamsu Rizal di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS itu diperolehnya melalui hasil pemeriksaan darah baik yang dilakukan oleh PMI, Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas.

Meskipun dalam hitungan cukup banyak, namun jika berdasarkan angka persentase dari populasi penduduk angkanya jauh lebih sedikit karena masih banyak warga Makassar yang tidak pernah memeriksakan darahnya.

"HIV/AIDS itu seperti fenomena gunung es, misalnya terdata satu orang yang positif terkena HIV/AIDS, pada kenyataanya angka satu itu bisa mewakili 10 orang korban," katanya.

Deng Ical sapaan akrabnya itu mengatakan penyebaran HIV/AIDS didominasi melalui pola hubungan seksual yang tidak aman. Masih banyak pengidap yang tidak menyadari dirinya terinfeksi HIV/AIDS, lalu mereka melakukan hubungan seksual dan menularkan kepada pasangannya.

"Cara paling baik agar terhindar dari virus ini adalah setia sama pasangan, jangan coba nakal di luar karena dampaknya sangat menyeramkan bagi pasangan kita," pesannya.

Syamsu Rizal yang juga Wakil Wali Kota Makassar itu menjelaskan jika HIV atau Human Immunodeficiency Virus itu sendiri adalah virus yang merusak sistem pertahanan atau kekebalan tubuh

Sementara AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat seseorang terjangkit virus HIV. Setiap 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia.

"Peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh pada hari ini itu bertujuan untuk mengingatkan kita bahaya virus mematikan ini. HIV/AIDS dan Narkoba saat ini sudah super daruratmi, karena bisa merusak masa depan kita dan pelanjut kita," tuturnya.

Menurut dia, setiap pendonor yang mendonorkan darahnya PMI, kualitas darahnya akan diteliti untuk diketahui apakah layak digunakan atau tidak. Dari pemeriksaan itu dapat diketahui pendonor menderita penyakit menular atau tidak, seperti HIV, Hepatitis, Malaria dan sipilis.

"Itulah mengapa penerima darah harus membayar, biaya tersebut adalah biaya penganti untuk proses pengolahan darah, pengadaan kantung, pemeriksaan HB, uji saring penyakit, uji cocok serasi, penggantian alat, pemeliharaan, dan biaya penunjang lainnya, bahkan PMI biasa harus mengeluarkan biaya lebih," ungkapnya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024