Makassar (ANTARA Sulsel) - Penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah tidak berpengaruh besar terhadap sejumlah komoditas harga bahan pangan malah cenderung naik pada sejumlah Pasar Tradisional di Makassar, Sulawesi Selatan.

Berdasarkan pantauan, Rabu, di pasar tradisional Terong jalan Gunung Bawakaraeng, harga sejumlah komoditas pangan seperti Cabe Merah Kriting dan cabe rawit mengalami kenaikan dari Rp25 ribu menjadi Rp37.500-Rp40 ribu perkilo gram.

Kemudian harga bawang merah dari Rp20 ribu perkilo gram naik menjadi Rp40 ribu perkilogram, begitupun harga tomat segar dari Rp10 ribu perkilo gram naik menjadi Rp15-20 ribu perkilo gram.

Sedangkan harga kacang merah dari Rp30 ribu perkilo naik menjadi Rp60 ribu perkilo gram. Sementara untuk sayur-sayuran seperti sawi, kol dan lainnya hanya naik beberapa ribu dari harga biasanya.

"Kenaikan ini dipicu kurangnya stok setelah perayaan natal dan tahun baru kemarin, selain itu cuaca juga berpengaruh mendukung ketersediaan stok," kata Wahida salah satu pedagang di pasar setempat.

Saat ditanyakan apakah ada pengaruh harga setelah diturunkannya BBM oleh pemerintah, kata dia, kendati sedikit berpengaruh namun turunnya tidak begitu besar.

"Kalau masalah harga tentu tidak turun sebesar yang diharapkan paling hanya beberapa ratus rupiah saja, lagipula penurunan BBM itu kami anggap setengah-setengah, kenapa tidak langsung besar," ucapnya mengeluhkan.

Untuk beras, telur dan sejumlah bahan pokok lainnya penuruan harga tidak siginifikan dan masih tetap relatif stabil. Rata-rata hanya berada di dua-tiga persen.

Namun sejumlah konsumen dan pembeli mengaku terbiasa dengan pola naik turunnya harga. Kendati adanya penurunan harga BBM, tetap tidak berpengaruh besar terhadap harga sembako karena penurunannya cukup kecil.

"Sudah biasa naik turun harga, kalau BBM turun tidak mesti semua harga turun, disinilah lemahnya pengawasan pemerintah bahkan harga cenderung naik, kalaupun sudah naik lama baru turun, nanti ditegur pemerintah baru ikut turun," beber Salim salah satu konsumen.

Sementara di pasar Tradisional Toddopuli Makassar, sejumlah harga masih dalam kategori stabil. Harga daging misalnya masih normal antara Rp97-100 ribu perkilogram, begitupun telur ayam dari sebelumnya naik menjadi Rp50 ribu namun turun kembali ke Rp45 ribu per rak.

Untuk beras harga cukup bervariasi dari Rp250 - Rp270 ribu perkarung tergantung kualitas beras yang di jual pedagang. Sedangkan miyak curah sekitar Rp15 - Rp20 ribu perliter dan minyak goreng kemasan antara Rp22 - Rp25 ribu per liter.

"Kami berharap agar BBM terus turun, kalau bensin dan solar turun maka harga juga akan turun, mudah-mudahan terus turun jangan naik lagi," ujar Ridwan, pedagang barang campuran di pasar setempat.

Sebelumnya Pemerintah melalui Kementerian ESDM menurunkan BBN jenis premium dari semula Rp 7.300 per liter turun menjadi Rp7.150 rupiah. Kemudian Solar turun menjadi Rp 5.950 per liter dari sebelumnya Rp 6.700 per liter. Perubahan harga tersebut berlaku 5 Januari 2016.

Menteri ESDM Sudirman Said di Istana Negara menjelaskan, perubahan harga tersebut atas mempertimbangkan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah.

Dirinya mengemukakan harga ekonomi premium semula Rp 6.950 per liter. Pemerintah memungut dana untuk ketahanan energi sekitar Rp 200 per liter untuk premium sehingga harganya menjadi Rp 7.150.

Sedangkan Solar dana pungutan ketahanan energi ditarik Rp300 perliter dari Rp5.950 menjadi Rp5.650. Penurunan harga Solar yang lebih besar, mengingat Solar sebagian besar dikonsumsi untuk angkutan umum dan industri.

"Kami simpan Rp200 per liter dari premium untuk dipupuk jadi dana ketahanan energi untuk mengembangkan energi baru terbarukan begitupn solar Rp300 per liter," ujarnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024