Makassar (ANTARA Sulsel) - Proyek `Underpass` Simpang Lima Mandai berada persis jalan menghubungkan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin diharapkan tepat waktu sesuai dengan jadwal pada Juni 2017.

"Setidaknya pengerjaan proyek terus digenjot, jangan sampai molor-molor lagi dan tidak sesuai dengan target penyelesaiannya Juni tahun depan." tutur aggota DPRD Sulsel Selle KS Dalle, di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu.

Menurut dia tidak mempermasalahkan siapapun kontraktor yang menangani proyek tersebut, sebab fokusnya harus siap bekerja dan menerima konsekuesi dan sanksi bilamana proyek itu tidak sesuai jadwal.

"Bisa saja pemerintah memberikan pinalti sebagai sanksi. Lagipula ini sudah menjadi permasalah publik sebab menjadi keluhan karena mengantre akibat kemacetan parah yang tidak bisa dihindari," katanya.

Pihaknya berharap agar penyelesaian underpass simpang lima itu bisa diselesaikan tepat waktu, kendati kemacetan yang ditimbulkan pada proyek tersebut sudah terjadi tetapi harus segera diatasi dengan mencari jalan keluar guna mengatasi keluhan pengguna jalan.

Sebelumnya Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu`mang telah meninjau langsung proyek tersebut dan melihat langsung kemacetan yang ditimbulkan. Pihaknya menyatakan segera melakukan pertemuan untuk mengkaji jalan alternatif

"Tentu ini masalah publik dan harus dipikirkan, dilakukan pembahasan membuka jalan alternatif bagi kendaraan dari Makassar menuju Maros begitupun sebaliknya. Khusus untuk jalan menuju bandara dibuatkan alternatif agar penumpang tidak ketinggalan pesawat," katanya.

Berdasarkan pantauan antrean panjang terlihar sepanjang lima kilometer lebih mulai dari proyek underpass tersebut memanjang ke arah Makassar maupun arah sebaliknya ke arah Kabupaten Maros pada hari libur Minggu ini.

Sementara pada hari kerja anteran bisa lebih panjang sebab kendaraan roda empat dan lebih bertumpuk di persimpangan karena adanya penyempitan jalan.

Kendati rekayasa jalan mulai diberlakukan dari arah Tol Makassar dialihkan ke Jalan Pattene Kabupaten Maros sedangkan dari arah Maros menuju Makassar dialihkan ke jalan anternatif Kariango, menuju Parangloe, Daya dan BTP, namun tetap saja kemacetan parah terjadi mengingat pengguna kendaraan enggan memutar.

Berdasarkan data yang diperoleh Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VI Makassar telah mengucurkan anggaran untuk pengerjaan fisik proyek tahun ini tersebut senilai Rp50 miliar yang pada tahun selebumnya digelontorkan Rp43 miliar untuk pembebasan lahan dari total anggaran Rp169,6 miliar.

Meski demikian masih ada tiga lahan yang belum dibebaskan terkait masalah ganti rugi seperti di depan pasar Mandai Maros, lahan di ujung tol, dan depan SPBU perbatasan Makassar-Maros.

Bahkan pengerjaan proyek ini molor yang seharusnya pengerjaan fisik untuk beton di ruas kiri dan kanan jalan utama dalam jadwal mesti selesai pada 31 Desember 2015, namun nyatanya baru selesai pada awal Maret 2016.

"Hal itu dikarenakan persoalan teknis karena masih ada tiang listrik disitu termasuk pipa PDAM harus dipindahkan dan pastinya memakan waktu. Tetapi untuk pengerjaan beton di ruas kiri dan kanan suda bisa diakses, dan saat ini ruas utama sedang dikerjakan," katanya.

Mengenai dengan jalur alternatif kata dia, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Satuan Lalulitas Makassar dan Maros, pihak jalan tol (JTSE) Dinas Perhubungan dan pihak terkait lainnya untuk membuka jalan alternatif.

Rekayasa jalan tersebut dari arah Makassar ke Maros melalui jalur Pattene seberang tol sementara arah sebaliknya dari Maros ke Makassar masuk di Batangase menuju Kariango masuk lajur daerah Parangloe tembus di Daya, BTP, Antang hingga tembus ke Kabupaten Gowa.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024