Makassar (ANTARA Susel) - Wali Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Moh Ramdhan Pomanto tampil sebagai pembicara dengan mempresentasikan program persiapan air universal dan berkelanjutan, sanitasi, serta kebersihan di Brisbane Australia.

"Masa depan air, sanitasi dan kebersihan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia," katanya dalam siaran pers yang diterima di Makassar, Senin.

Menurut dia, agenda pembangunan berkelanjutan secara global mesti mempertahankan perhatian pada kebutuhan air, sanitasi, dan kebersihan untuk semua orang sepanjang waktu.

Selain itu untuk mencapai agenda global itu memerlukan cara berpikir yang baru oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil bekerja sama menopang akses untuk semua orang dalam bidang kesehatan, kesejahteraan, lingkungan dan hasil ekonomi bagi masyarakat.

Dirinya mengungkapkan, seluruh komponen lintas negara, praktisi dan profesional dari masyarakat sipil , pemerintah , sektor swasta , lembaga donor , mahasiswa dan lembaga akademisi mesti membagun dialog guna menciptakan cara berpikir baru sebagai agenda global.

Meski dirinya terlahir di lorong kecil, sempit dan kumuh, pria disapa akrab Danny Pomanto ini tidak pernah membayangkan dirinya memimpin Kota Makassar selama lima tahun kedepan.

"Alhamdulilah, anak lorongna Makassar yang dulu hidup dengan sanitasi buruk bisa jadi Wali kota. Visi saya sederhana, mewujudkan Makassar sebagai kota dunia yang nyaman untuk semua," katanya kepada hadirin.

Mengenai tata lorong, baginya, persoalan-persoalan di perkotaan dalam tugas Wali Kota itu ada dua. Pertama, bagaimana memecahkan persoalan keseharian kota. Kedua, bagaimana mempersiapkan kota itu ke depan.

"Kata kunci dalam visi Kota Makassar adalah nyaman dan untuk semua. Terdengar sederhana tetapi sebenarnya tidak, artinya sangat dalam ketika dioperasionalkan," ujar akademisi ini.

Danny menyebutkan Kota Makassar berpenduduk 1,8 juta jiwa, sebagian menempati 1.320 lorong, sekitar 9.300 Kepala Keluarga di antaranya termasuk masyarakat berpendapatan rendah.

"Tidak ada jalan lain, untuk membangun kota secara cepat harus libatkan dan aktifkan semua peran publik," jelasnya..

Mantan Dosen Arsitektur Universitas Hasanuddin ini juga mengundang sekira 17 ribu stakeholders hanya untuk membicarakan kota Makassar. Tiga program utama pun lahir, Makassar TidakRantasa/Kotor, Makassar Sombere/Ramah, dan Makassar Smart City.

Persoalan Makassar, kata dia menurut pengamatannya, ada di lorong-lorong. Dan persoalan lorong adalah kondisi air bersih dan sanitasi.

Kondisi lingkungan di lorong-lorong itu rendah karena lorong itu makin hari makin sempit dan kondisi tanah di Makassar yang berpasir membuat air limbah yang tidak terkelola di lorong itu langsung terserap oleh sumur masyarakat.

`Brain and Cells`

Meskipun dirinya berlatar belakang arsitek, pada tahun pertama karir politik Ramdhan Pomanto sebagai wali kota tidak dijalaninya dengan membangun gedung-gedung, tetapi melakukan pelayanan publik di setiap lorong di wilayah perkotaan.

Menurut dia kota ibarat manusia. Ada brain dan ada cells. Brain adalah pemerintah, cells adalah rakyat. Rakyat yang paling bawah (tingkat kesejahteraannya) saat ini ada di lorong-lorong itu menjadi perhatian pemerintah.

"Saya minta lurah membuat `citizen charter`. Lurah harus turun kebawah. Kami punya Protokol Sentuh Hati. Setiap Selasa-Kamis, lurah wajib kunjungi 20 rumah dan mencari tahu apa masalah yang ada. Disitulah masukkan yang menjawab persoalan masyarakat," paparnya.

Danny menambahkan dirinya menyadari yang dikerjakannya tidak mentereng secara politis karena jauh dari publisitas.

"Saya hadir sebagai wali kota bukan untuk dilihat, tetapi agar masyarakat merasakan manfaat apa saja program saya tawarkan utamanya masalah air bersih dan sanitasi," tambahnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024