Manado (ANTARA Sulsel) - Fenomena el nino mulai berdampak buruk bagi tanaman holtikultura di Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), karena telah terjadi kekeringan sejumlah komoditi tersebut.

"Debit air dari aliran sungai Modoinding ke areal tanaman holtikultura mulai kering, sehingga kami memilih mengambil air tempat jauh guna membantu menyiram tanaman," kata salah satu petani asal Modoinding, Y Pinontoan, Rabu.

Sejumlah tanaman holtikultura yang terancam gagal panen akibat musim panas berkepanjangan, diantaranya kentang, cabe, bawang batang, tomat, wortel, ketimun, kacang panjang dan kacang merah, seledri dan sayur-sayuran lainnya.

Petani mengharapkan pemerintah daerah membantu menyiapkan sumur bor, guna membantu ketersediaan air untuk tanaman holtikultura itu, agar dampak dari musim kering tidak berlanjut hingga gagal panen.

Sejumlah petani terus berupaya bertahan dengan kondisi kekurangan air, yakni melakukan pengairan sistem gilir atau cara berhemat, serta pemanfaatan air sumur bor secara terbatas dan seefisien mungkin.

"Bahkan kami harus ke Danau Moab yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolmong, guna mengambil air demi tanaman kami," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Sulut, Ir Herry Rotinsulu, mengatakan untuk mengantisipai badai el nino berkepanjangan, pihaknya telah mengerahkan ribuan penyuluh pertanian ke setiap daerah, termasuk Kecamatan Modoinding yang merupakan sentra tanaman holtikultura.

Program pertama mengoptimalkan sejumlah sarana irigasi dan pompa air di daerah penghasil pangan berupa holtikultura dan beras, penyediaan bibit varitas padi yang tahan terhadap musim panas.

"Jika memang memungkinkan ada sumur bor, akan diupayakan lebih cepat dan optimal sebagai solusi utama membantu petani holtikultura," katanya.

(H013/A034)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024