Makassar (ANTARA Sulsel) - Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya melalui Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Non Konvensional menyatakan uji coba alat konverter kit terkait program pemerintah dalam konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) nelayan ke Gas.

"Setelah dilakukan uji coba kepada empat kapal nelayan dianggap sukses dan bekerja dengan baik," kata Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi, dan Non Konvensional Kemenko Maritim, Alamyos di Tempat Pelengan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.

Menurut dia, saat ini program tersebut masih dibawah kendali Kemenko Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya dalam hal pengadaan alat tersebut, kendati pendanaan terbatas, sehingga pihaknya melakukan pengenalan terhadap masyarakat nelayan terkait konversi BBM ke Gas melalui alat buatan anak bangsa itu.

Selain itu pemerintah pusat akan memulai lebih dulu kemudian nantinya akan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, BUMN serta BUMD dalam hal pengadaan alat konverter kit guna konversi BBM nelayan ke gas yang diyakini sangat menghemat bahan bakar saat melaut.

"Saat ini pemerintah pusat berinisiatif. Kenapa karena Inpresnya baru keluar pada 2015 di Desember. Kami sudah jalan beberapa lokasi, Sulsel daerah ketiga dan masih banyak daerah lain yang akan dikunjungi mensosialisasikan program konversi ini," beber dia.

Meski tidak langsung diterima nelayan, lanjutnya, kedepan kita lihat perkembangan dan meminta masukan terhadap kearifal lokal terkait dengan perbaikan-perbaikan alat ini.

Mengenai dengan adanya ratusan kelompok nelayan tersebar di Sulsel sekaitan dengan program itu, kata dia, timnya akan mendatangi dan mendata kelompok-kelompok nelayan tersebut bahkan bisa saling menghubungi agar program bisa jalan sepenuhnya.

"Makanya kami undang seluruh kelompok nelayan dan nelayannya guna menginformasikan inovasi baru anak bangsa terhadap konversi energi bahan bakar dari BBM ke Gas. Ini kan banyak nelayan di laut serta pulau-pulau lainnya," paparnya kepada wartawan.

Kendati demikian, proses tidak sampai disini dan harus berkali-kali dilakukan sosialisasi dengan membawa pembuat alat konverter kit itu yakni Amin untuk menjelaskan langsung kepada masyarakat nelayan.

Sementara Amin selaku pembuat dan perancang alat Konveter Kit khusus nelayan berukuran 10x10 centimeter pada kesempatan itu mengatakan, alat tersebut dirancang sejak 2010 lalu serta telah diuji cobakan kepada nelayan, dan sampai saat ini perkembangan alat terus dilakukan perbaikan-perbaikan.

"Alat yang digunakan nelayan saat ini adalah generasi ke sembilan dari alat yang jauh sebelumnya di ujicobakan kepada nelayan. Alat konveter kit juga telah mendapatkan lebel SNI setelah dilakukan tes, bahkan sudah diproduksi massal di pabrik berada di tangerang,"ucap pria asal Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat ini.

Amin menjelaskan alat konverter kit tahan terhadap air laut tersebut tidak akan pernah dijual kepada umum maupun nelayan, tetapi selama ini dibagikan kepada nelayan gratis atas bantuan pendanaan pemerintah yang sangat terbatas dan keuntungan lain yang disisihkan. Sebab alat ini lahir dari nelayan, oleh nelayan dan untuk nelayan kecil.

"Saat ini yang menggunakan konverter kit sudah ribuan. Untuk produksinya sendiri di pabrik perhari bisa mencapai dua ribuan alat. Kami tidak mementingkan profit dulu tapi bagaimana nelayan itu bisa berhemat dan mendapatkan keuntungan tidak rugi terhadap penggunan bahan bakar," haparnya.

Selain itu pihaknya mendorong pemerintah agar menganggarkan pembelian alat konverter kit untuk nantinya bagikan kepada nelayan secara hibah atau digratiskan mengingat pengeluaran nelayan untuk Rp100 ribu pun sangat susah.

"Saya tegaskan tidak akan menjual kepada nelayan, begitupun ke Umum juga sama, kalau saya jual ke umum mereka juga akan menjual lagi ke nelayan, harganya pun saya tidak bisa sebutkan berapa. Kami berharap pemerintah mengangarkan alat ini diperuntukkan bagi nelayan secara gratis kalau itu dianggap bermanfaat bagi mereka," harap Amin.

Seorang nelayan setempat bernama Daeng Awing (38) mengatakan telah mencoba alat tersebut sejak kemarin sebelum ujicoba secara resmi. Dirinya mengakui menggunakan gas dengan tabung tiga kilogram bisa berhemat melebuhi bahan bakan fosil yang biasa digunakannya melaut.

"Kalau mau dihitung pak, pemakaian perahu selama satu setengah jam berjalan dilaut bisa mengabiskan solar atau bensin sampai tujuh sampai delapan liter. Sementara saya coba kemarin beraktivitas dilaut selama hampir dua jam mengunanakan konverter kut tidak sampai seperempat isi tabung habis, ini sangat hemat," tutur dia.

Bahkan dirinya mengakui biasanya melaut membeli BBM hingga Rp80 ribu hanya digunakan sehari, sementara tabung tiga kilo gram seharga Rp15 ribuan bisa berhemat sampai dua atau tiga hari.

"Saya rasa pakai alat konverter kit menggunakan tabung yang tersambung pada mesin sangat bagus dan hemat energi, cocok sekali dipakai untuk nelayan kapal kecil. Bisa juga beli BBM sedikit sebagai cadangan apabila sewaktu-waktu gas habis di tabung. Kami rasa ini cara yang baru untuk penghematan biaya operasional," tambahnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024