Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Pusat Statistik mencatat angka inflasi Sulawesi Selatan sebesar 1,04 persen selama Juli 2016 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,32.

"Angka inflasi Sulsel pada bulan Juli berada pada angka 1,04 persen dan angka ini masih normal, meskipun terjadi peningkatan dari bulan sebelumnya," ujar Ketua BPS Sulsel Nursam Salam di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, inflasi Sulsel di bulan Juli 2016 ini terjadi karena adanya enam kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok makanan jadi.

Kemudian disusul minuman, rokok dan tembakau 0,35 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,17 persen, kelompok sandang sebesar 0,69 persen.

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,20 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan menjadi penyumbang terbesar dengan 1,12 persen.

Sedangkan untuk komoditas yang menjadi penggerak naiknya inflasi beras, angkutan udara, ikan layang, cakalang, emas perhiasan, wortel, ikan teri, tomat sayur, kentang dan kelapa.

"Kalau ada inflasi, ada juga deflasi. Untuk komoditi yang menjadi penyeimbang inflasinya itu seperti bawang merah, lemari pakaian, daging ayam ras, bawang putih, tempe, daun kacang muda, kacang panjang, daun bawang, kubis maupun telur ayam ras," katanya.

Nursam mengaku, dari 11 kota di Pulau Sulawesi, semuanya mengalami inflasi dan tidak ada satu kota maupun kabupaten yang mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi itu tercatat di Kota Baubau dengan 1,54 persen, Parepare dengan 1,31 persen kemudian diikuti oleh Makassar dengan 1,13 persen.

Sementara 82 kota IHK Nasional, 78 kota mengalami inflasi, sedangkan 4 kota lainnya deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,34 persen dan inflasi terendah terjadi di Gorontalo sebesar 0,06 persen dengan IHK 121,72.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024