Batubara, Sumut (ANTARA Sulbar) - Sejumlah pelajar SLTA dari Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat yang menjadi peserta "Siswa Mengenal Nusantara" sangat terpesona dengan keindahan tenunan kain songket khas Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

Hal itu dikatakan salah seorang pelajar SMK Penyandang Disabilitas dari Mamuju Efendi ketika meninjau pengrajin songket di Desa Kampung Panjang, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Rabu.

Efendi menyebutkan, baru kali ini dirinya yang melihat secara langsung tenunan songket Batubara yang memiliki motif yang sangat indah dengan liris yang memesona.

Bahkan, menurut pelajar berkebutuhan khusus itu, tenunan songket dari Batubara tersebut menampilkan khas budaya melayu seperti yang ada di negara tetangga Malaysia.

"Fenomena dan keindahan songket Batubara ini sangat menakjubkan, tidak kalah dengan songket dari Makassar, Padang, Palembang, Jambi, Kalimantan, dan daerah lainnya di Tanah Air," ujarnya.

Efendi mengatakan, dirinya akan mempromosikan keindahan songket Batubara itu di Sulawesi Barat yang merupakan karya terbaik dihasilkan anak-anak bangsa.

"Kabupaten Batubara memiliki banyak peninggalan bersejarah seperti Istana Lima Laras, pengrajin songket, dan objek wisata terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan Malaysia," katanya.

Ibu Asun (76) seorang pengrajin songket Batubara di Desa Kampung Panjan, mengatakan, kain songket Batubara dibuat dari benang Polyester dan benang emas, ditenun dengan peralatan sederhana (tradisional).

Songket yang sangat indah itu, menurut dia, dikerjakan oleh pengrajin yang sangat terampil dengan penyusunan benang setiap 30 cm terdapat 40 mata sisir.

"Kain tenunan songket Batubara yang dijual dari harga termurah Rp500 ribu hingga termahal mencapai Rp6 juta per lembar, tergantung kain dan motif, dan diekspor hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan berbagai negara lainnya di Asia Tenggara," ujar Asun.

Ia menyebutkan, tenunan songket daerah itu memiliki desain yang cukup menarik, dan memiliki nilai seni budaya yang cukup tinggi, sehingga banyak kosumen yang memesannya.

"Kain songket Batubara itu juga memiliki berbagai jenis warna seperti merah jambu, hijau laut, kuning, merah hati, krem, merah muda dan kombinasi warna menarik lainnya," katanya.

Asun menambahkan, proses pembuatan kain songket itu masih menggunakan alat tenun terbuat dari kayu dan tradisional, namun memiliki kualitas bagus.

Alat pembuat songket itu, yakni alat tenun bukan mesin (ATBM) yang masih banyak terdapat di Kabupaten Batubara.

"ATBM tersebut saat ini tergolong sangat langka yang digunakan pengrajin songket dari Batubara, tetapi tidak kalah dengan songket yang dihasilkan dengan menggunakan mesin yang serba canggih saat ini," katanya.

Jumlah pelajar SLTA Mamuju yang berkunjung ke Kabupaten Batubara itu sebanyak 19 orang. Dua orang diantaranya adalah penyandang disabilitas.

Kegiatan "Siswa Mengenal Nusantara" merupakan program BUMN dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71.

Hasil pemekaran

Kabupaten Batu Bara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten itu terdiri atas tujuh kecamatan, 98 desa, dan tujuh kelurahan dengan luas wilayah 92.220 hektare.

Kabupaten Batubara berjarak lebih kurang 139 km arah tenggara Kota Medan, memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa, yakni perkebunan, pertanian, perikanan dan kelautan, peternakan, dan potensi pariwisatanya.

Bahkan, Batubara telah lama dikenal dunia internasional sebagai pengespor aluminium hasil olahan PT Inalum. Nama Batubara sendiri berasal dari sebuah batu di pedalaman yang konon pada malam hari mengeluarkan cahaya merah. 

Pewarta : Munawar Mandailing
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024