Makassar (ANTARA Sulsel) -  Bank Indonesia  memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar  dengan Suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 4,5 persen serta Lending Facility (LF) diturunkan sebesar 100 bps dari 7,0 persen menjadi sebesar 6,0 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Agustus 2016.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Wiwiek Sisto Widayat di Makassar, Sabtu, mengatakan, ketetapan itu sebagaimana telah diumumkan pada pekan lalu pada 15 April 2016.   

"Untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, terhitung mulai hari ini Bank Indonesia menggunakan Bl 7-day RR Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantlkan BI Rate," jelasnya.

Selain itu, Bank Indonesia juga akan menjaga koridor suku bunga yang simetris dan lebih sempit, yaitu batas bawah koridor (DF Rate) dan batas atas koridor (LF Rate) berada masing-masing 75 bps di bawah dan di atas BI 7-Day RR Rate.

Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dengan tetap memelihara momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah masih melemahnya pertumbuhan ekonomi global.

Bank Indonesia memandang bahwa dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, khususnya inflasi yang terkendali pada kisaran sasaran, defisit transaksi berjalan yang membaik, dan nilai tukar yang relatif stabil, maka ruang bagi pelonggaran moneter masih terbuka.

BI kedepan, kata dia, akan mencermati kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan serta perkembangan perekonomian global, terutama kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate).

"BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui percepatan implementasi reformasi struktural," katanya.

 Dia melanjutkan BI juga berkoordinasi dengan pemerintah menyiapkan langkah kebijakan yang antisipatif agar implementasi UU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) dapat berjalan baik dan mendukung upaya penyesuaian fiskal yang dilakukan oleh pemerintah.

"Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan masih belum menguat. Meskipun membaik akibat peningkatan konsumsi dan perbaikan sektor tenaga kerja, ekonomi AS pada triwulan II 2016 tumbuh dibawah perkiraan seiring dengan investasi yang masih melambat," ujarnya.

Pewarta : Abd Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024