Makassar (ANTARA Sulsel) - Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mengajak sekitar 170 orang pemulung dan pendamping di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Tamangapa untuk menonton film "Uang Panai" (Mahar).
"Banyak alasan kenapa saya mengajak anak-anak pemulung ini menonton film `Uang Panai`, tidak lain karena pesan moralnya yang ingin saya sampaikan," ujarnya usai pemutaran film di Studio XXI Makassar, Senin.
Danny Pomanto -- sapaan akrab wali kota, mengatakan, film "Uang Panai" adalah murni garapan dari sineas lokal Makassar dan sudah menembus bioskop nasional.
Tujuan lain, kata dia, mengajak para pemulung ini karena tradisi dan adat budaya uang panai saat akan menikah sudah menjadi masalah sosial di tanah Sulawesi Selatan khususnya bagi suku Bugis-Makassar.
Sedangkan alasan lainnya yakni memberikan keceriaan kepada para pemulung yang umumnya adalah anak belasan tahun di mana film uang panai ini menggunakan bahasa sehari-hari warga Makassar.
"Senang rasanya mendengar keriuhan bioskop karena memang film ini genrenya komedi dan drama. Anak pemulung ini begitu akrab dan tampak semangat menonton karena bahasa dan gaya pemain filmnya itu khas Makassar," katanya.
Sementara itu, Ardi, salah satu bocah 13 tahun mengaku senang bisa diajak oleh Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto untuk menonton langsung di bioskop.
"Baru kali ini saya nonton di bioskop pak, sama teman-teman. Senang sekali bisa nonton film uang panai," ujarnya yang dimintai tanggapannya usai nonton.
Eksekutif Produser Film "Uang Panai" Wachyudi Muchsin mengungkapkan, pesan dari film yang diangkat dari budaya Bugis-Makassar ini, mahar bukan segalanya dalam mewujudkan cinta suci dua insan.
"Intinya pesan yang ingin kita sampaikan itu, uang panai bukanlah segala-galanya dalam mewujudkan cinta hingga ke jenjang pernikahan," Katanya.
Film Uang Panai berkisah pemuda bernama Anca yang memperjuangkan cintanya dengan penuh keikhlasan kepada wanita pujaannya bernama Risna.
Aturan adat istiadat suku Bugis Makassar mengharuskan Anca membayar uang panai sebesar Rp120 juta saat melamar pacarnya tersebut. Dari sinilah muncul konflik, yang disisipi unsur komedi diperankan Tumming dan Abu.
Berawal dari nominal ini alur film Uang Panai dimulai. Sebab, Anca serta keluarganya merasa tak sanggup menyiapkan uang panai Rp120 juta sesuai pemintaan keluarga Risna.
"Dalam film ini bisa dibedakan antara uang panai, mahar dan sompa," pungkas yudi.
Yudi menyebutkan film dengan genre drama komedi mengisahkan tradisi suku Bugis-Makassar ketika akan melangsungkan pernikahan.
Pemeran tokoh utamanya adalah artis Kota Makassar, Ikram Noer yang berperan sebagai Anca dan Nurfadhillah berperan sebagai Risna serta komedian Tuming dan Abu.
Artis nasional Katon Bagaskara dan Jane Salimar juga ikut menjadi pemeran dalam film 100 persen karya anak bugis Makassar yang dicanangkan menjadi tonggak sejarah kebangkitan film lokal ke ranah nasional.
"Banyak alasan kenapa saya mengajak anak-anak pemulung ini menonton film `Uang Panai`, tidak lain karena pesan moralnya yang ingin saya sampaikan," ujarnya usai pemutaran film di Studio XXI Makassar, Senin.
Danny Pomanto -- sapaan akrab wali kota, mengatakan, film "Uang Panai" adalah murni garapan dari sineas lokal Makassar dan sudah menembus bioskop nasional.
Tujuan lain, kata dia, mengajak para pemulung ini karena tradisi dan adat budaya uang panai saat akan menikah sudah menjadi masalah sosial di tanah Sulawesi Selatan khususnya bagi suku Bugis-Makassar.
Sedangkan alasan lainnya yakni memberikan keceriaan kepada para pemulung yang umumnya adalah anak belasan tahun di mana film uang panai ini menggunakan bahasa sehari-hari warga Makassar.
"Senang rasanya mendengar keriuhan bioskop karena memang film ini genrenya komedi dan drama. Anak pemulung ini begitu akrab dan tampak semangat menonton karena bahasa dan gaya pemain filmnya itu khas Makassar," katanya.
Sementara itu, Ardi, salah satu bocah 13 tahun mengaku senang bisa diajak oleh Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto untuk menonton langsung di bioskop.
"Baru kali ini saya nonton di bioskop pak, sama teman-teman. Senang sekali bisa nonton film uang panai," ujarnya yang dimintai tanggapannya usai nonton.
Eksekutif Produser Film "Uang Panai" Wachyudi Muchsin mengungkapkan, pesan dari film yang diangkat dari budaya Bugis-Makassar ini, mahar bukan segalanya dalam mewujudkan cinta suci dua insan.
"Intinya pesan yang ingin kita sampaikan itu, uang panai bukanlah segala-galanya dalam mewujudkan cinta hingga ke jenjang pernikahan," Katanya.
Film Uang Panai berkisah pemuda bernama Anca yang memperjuangkan cintanya dengan penuh keikhlasan kepada wanita pujaannya bernama Risna.
Aturan adat istiadat suku Bugis Makassar mengharuskan Anca membayar uang panai sebesar Rp120 juta saat melamar pacarnya tersebut. Dari sinilah muncul konflik, yang disisipi unsur komedi diperankan Tumming dan Abu.
Berawal dari nominal ini alur film Uang Panai dimulai. Sebab, Anca serta keluarganya merasa tak sanggup menyiapkan uang panai Rp120 juta sesuai pemintaan keluarga Risna.
"Dalam film ini bisa dibedakan antara uang panai, mahar dan sompa," pungkas yudi.
Yudi menyebutkan film dengan genre drama komedi mengisahkan tradisi suku Bugis-Makassar ketika akan melangsungkan pernikahan.
Pemeran tokoh utamanya adalah artis Kota Makassar, Ikram Noer yang berperan sebagai Anca dan Nurfadhillah berperan sebagai Risna serta komedian Tuming dan Abu.
Artis nasional Katon Bagaskara dan Jane Salimar juga ikut menjadi pemeran dalam film 100 persen karya anak bugis Makassar yang dicanangkan menjadi tonggak sejarah kebangkitan film lokal ke ranah nasional.