Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palopo, Sulawesi Selatan menyatakan siaga satu menghadapi musibah banjir susulan yang sebelumnya merendam seribuan rumah di kota setempat.

"Kami sudah berkoordinasi dengan kepolisian, TNI, Dinas Sosial dan Tagana untuk siaga satu bila mana terjadi banjir susulan," kata Kepala BPBD Palopo, Hasan, saat dihubungi Rabu.

Menurut dia, pihaknya telah menyatakan kesiapsiagaan dengan membangun posko di tiga titik dan dipusatkan di kantor lurah Marobo, Kecamatan Wara Selatan.

Meski saat ini air sudah mulai surut dan masih ada 10 rumah yang terendam banjir, kata dia, pihaknya terus berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

Selain itu BPBD Kota Palopo telah memetakan tiga wilayah kecamatan rawan bencana tanah lonsor seperti di kecamatan Wara Barat, Kecamatan Sendana, dan Kecamatan Mungkajang terbagi pada wilayah kelurahan berada di Latuppa, Kambo, Lebang, Battang, Sampoddo, dan Purangi.

"Kemarin juga terjadi tanah longsor di Kambo dan sempat menggangu akses jalan, tetapi tim gabungan dibantu warga telah membersihkan jalan sehingga bisa dilalui," paparnya.

Sedangkan wilayah rawan banjir terdapat di empat kecamatan yakni Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Telluwanua, dan Kecamatan Wara Selatan.

Semua wilayah rawan banjir tersebut terdapat pada wilayah hilir seperti di kelurahan Marobo, Sumarambu, Padang Lambe, Dangerakko, Pajalesang, Surutanga, Pontap, serta Tompotikka.

Kemudian wilayah rawan terjadi angin puting beliung terletak pada wilayah pesisir, seperti di Kecamatan Telluwanua, Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara Utara, dan Kecamatan Wara Timur. Wilayah tersebut berada di wilayah kelurahan Ponjalae, Surutanga, dan Pontap.

Hasan menuturkan tidak bisa mempreksi terjadinya longsor mengingat saat ini cuaca dan perubahan iklim terus berubah-ubah. Pihaknya juga mewaspadai daerah yang dulunya rawan kekeringan di wilayah Battang Barat pasca kabakaran hutan yang rawan terjadi longsor.

"Posko titik pantau bencana tetap disiapkan. Tiga orang ditugaskan memantau pada tiga kecamatan yang disebutkan tadi, dan warga dilibatkan melaporkan bila sewaktu-waktu terjadi bencana. Zona ini merupakan zona longsor dan banjir," ujarnya.

Prediksi Badan Metereologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kondisi cuaca mengalami intesitas tinggi sehingga pihaknya mengimbau kepada masyarakat Luwu Raya agar mewaspadai banjir yang sangat berpotensi banjir di bantaran sungai.

Khusus masyarakat yang berada di pesisir pantai serta daerah rawan longsor harus waspada, sebab potensi terjadinya pohon tumbang dan petir menyertai awan comulunimbus

Sebelumnya, bencana banjir terjadi pada 20 Oktober 2016 di Palopo akibat hujan menguyur selama tiga hari. sebanyak 1.000 Kepala Keluarga dan seribu rumah terendam banjir, 150 hektare tambak rumput laut dan ikan bandeng rusak serta 70 hektare sawah siap panen rusak.

Ketinggian air mencapai 20-70 centimeter. Lokasi banjir terdapat di enam wilayah seperti Kota Palopo, Kecamatan Telluwanua, kelurahan Jaya, Kelurahan Salu Batang, Kelurahan Maccani, Kelurahan Petonjangan dan Kelurahan Salubatang.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024