Makassar (ANTARA Sulsel) - Civic Institute bersama Keluarga Mahasiswa Sosiologi Fisip Unhas melansir penelitian terkait perilaku seks berisiko cenderung dilakukan mahasiswa di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

"Berdasarkan penelitian ada 132 orang mengaku pernah melakukan hubungan seksual, 92 orang diantaranya pernah melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan 48 orang diantaranya pernah melakukan aborsi," kata peneliti Civil Institut, Taufiq, Kamis.

Menurutnya apabila ada 10 orang mahasiswa pernah melakukan hubungan seksual, tujuh diantaranya pernah melakukan seks tanpa alat kontrasepsi dan empat diantaranya pernah melakukan aborsi.

"Dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa kota makassar cenderung melakukan seks yang beresiko," paparnya .

Dalam diskusi ilmiah bertajuk `Mahasiswa dan Seks` sebagai rangkaian memperingati hari AIDS se Dunia 1 Desember di kampus Unhas, Taufiq mengatakan penelitian tersebut mulai dilakukan pada Maret 2016.

Penelitian tersebut ditentukan beberapa variabel yang menggambarkan perilaku seks mahasiswa di Kota Makassar, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan seks, pengalaman dan faktor pendorong.

Penelitian ini, kata dia, merupakan inisiatif dari kedua lembaga untuk melakukan kajian mengenai perilaku seks mahasiswa menggunakan angket terhadap 400 orang mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri dan dan Perguruan Tinggi Swasta di Kota Makassar.

Berdasarkan data diperoleh tim peneliti, rata-rata responden cukup memiliki pengetahuan seksual baik bentuk dan resiko yang ditimbulkan.

Sebanyak 78,75 persen responden menjawab `salah` pada pernyataan `penyakit menular seksual tidak dapat tertular lewat hubungan seks.

Begitu pula pada pernyataan seks adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan didasari keinginan atau libido dengan tujuan mencari kenikmatan sebanyak 77, 25 persen menjawab `benar`.

Resiko yang dimaksudkan, kata dia, baik penyakit yang diakibatkan hubungan seks maupun Kehamilan yang tidak diharapkan. Perilaku seksual di kelompokkan menjadi perilaku seksual beresiko dan perilaku seksual tidak beresiko.

Perilaku seksual beresiko yakni jika responden pernah berciuman bibir pada tingkatan awal dan berhubungan seks pada tingkatan lanjutan. Sehingga penelitian ini mengungkapkan persentase seks beresiko mencapai 33,95 persen.

Responden laki-laki lebih cenderung melakukan seks beresiko dengan persentasi mencapai 23,1 persen dibanding perempuan yaitu 10,85 persen," ungkapnya.

Dari data yang diperoleh tim peneliti, dikemukakan pula motif atau faktor yang menjadi pendorong melakukan hubungan seks. Keinginan melakukan seks karena dorongan ingin tahu sebanyak 11,25 persen, 45 responden menjawab, setuju.

Kemudian, 20,75 persen atau 83 responden menjawab setuju. 21,75 persen atau 87 responden menjawab netral. Dan sisanya 21,25 persen 85 responden menjawab sangat tidak setuju. Motif ini lah yang paling banyak responden menjawab setuju atau sangat setuju.

Motif lain hanya ingin mendapat kenikmatan, ingin membuktikan rasa sayang, ketidaktahuan resiko yang ditimbulkan, dipaksa pasangan, dapat diterima dalam pergaulan, diberi uang atau imbalan, karena dirangsang atau dalam pengaruh obat atau zat lainnya.

Penelitian ini juga terungkap sebagian mahasiswa di Makassar mulai melakukan hubungan seks sejak SMA dan Perguruan tinggi. Sebanyak 16,75 persen menjawab melakukan hubungan seks sejak SMA.

"Sedangkan melakukan hubungan seks sejak di perguruan tinggi sebanyak 13,55 persen dan 2,75 persen melakukannya sejak SMP," ungkap dia.

Pada diskusi itu hadir panelis dari Komisioner Komisi Penanggulangan AIDS kota Makassar Azis Lasabbe, Sekertaris KNPI Kota Makassar Irwan Ade Saputra dan Sosiolog Unhas Dr Asryad.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024