Mamuju (Antara Sulbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Barat, terus berkurang jika dibandingkan kondisi persentase di tahun sebelumnya.

"Persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,55 persen poin dari 11,74 persen pada Maret 2016 menjadi 11,19 persen pada September 2016," kata Kepala BPS Sulbar, Suntono di Mamuju, Rabu.

Dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya (September 2015) persentase penduduk miskin September 2016 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 0,71 persen poin, tambahnya.

Menurutnya, penduduk miskin Sulawesi Barat pada September 2016 sebesar 146,90 ribu jiwa atau berkurang 5,83 ribu jiwa dibandingkan Maret 2016 dan berkurang 6,31 ribu jiwa dibandingkan September 2015.

"Selama satu semester (Maret - September 2016), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,16 persen poin, namun secara absolut jumlah penduduk miskin perkotaan mengalami peningkatan sebesar 2,22 ribu jiwa.

Sementara itu, di daerah perdesaan jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 8,05 ribu jiwa (0,56 persen poin)," katanya.

Demikian pula halnya bila dibandingkan selama satu tahun (September 2015 - September 2016), daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,26 persen poin, namun secara absolut jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 2,56 ribu jiwa, sedangkan daerah perdesaan jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 8,87 ribu jiwa (0,70 persen poin).

Suntono mengatakan, garis Kemiskinan (GK) Sulawesi Barat sebesar Rp. 292.519,- per kapita per bulan atau meningkat 1,98 persen dibandingkan Maret 2016 dan meningkat 5,42 persen dibandingkan September 2015.

Kontribusi GK makanan terhadap GK pada September 2016 sebesar 78,96 persen.

Terdapat lima komoditi makanan di bulan September 2016 yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang, gula pasir dan bandeng.

Sementara itu empat komoditi bukan makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu biaya perumahan, pendidikan, listrik dan bensin.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Sulawesi Barat sebesar 1,85 atau menurun 0,10 poin dibandingkan Maret 2016 dan meningkat 0,31 poin dibandingkan September 2015.

Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Sulawesi Barat sebesar 0,44 atau menurun 0,04 poin dibandingkan Maret 2016 dan meningkat 0,13 poin dibandingkan September 2015.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada September 2016 rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin itu sendiri semakin menyempit (cenderung homogen), terang Suntono.

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024