Manado (Antara Sulsel) - Terlahir sebagai anak di daerah pesisir yang merupakan wilayah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal) sudah menjadi `garis tangan`, namun sebagai warga negara Indonesia, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Itulah harapan Bupati Talaud Sri Wahyuni Maria Manalip untuk memberikan kesempatan yang sama bagi anak-anak usia sekolah di wilayah kerjanya yang terdiri dari 17 pulau terdepan, di ujung utara Sulawesi, Indonesia, yang berbatasan dengan negara Filipina.

Menurut Sri Wahyuni, daerahnya yang memiliki pendapatan asli daerah (PAD) sekitar Rp18 miliar per tahun, masih membutuhkan uluran tangan untuk bisa berkembang. Termasuk mengembangkan sektor pariwisata kemaritiman sebagai daerah kepulauan.

Selain itu, tak kalah pentingnya adalah membantu anak-anak Talaud untuk dapat mengecap pendidikan tanpa halangan, termasuk dari persoalan penglihatan. Selama ini diakui, anak-anak usia sekolah belum pernah mendapatkan pemeriksaan gratis secara massal untuk mengetahui kondisi mata masing-masing warga.

Namun dengan adanya program Corporate Sosial Responsibility (CSR) dari PT Astra Internasional, Tbk, anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) sudah dapat memeriksakan mata tanpa dipungut biaya.

Hal itu diakui salah seorang siswa SD Negeri 1 Beo, Sintari. Menurut dia, selama ini jika ada tulisan di papan tulis agak kesulitan dibaca, karena penglihatannya agak kabur. Namun itu dianggap biasa saja, dengan anggapan bahwa wajar karena duduk di barisan keempat dari papan tulis.

"Ternaya setelah diperiksa, mata saya sudah minus dan harus mendapatkan bantuan kacamata untuk bisa melihat dengan jelas," katanya.

Untungnya, lanjut anak perempuan yang orang tuanya berprofesi sebagai nelayan ini, ada bantuan kacamata gratis dari PT Astra, sehingga tidak perlu memberatkan orang tua membeli kacamata untuknya.

Pengakuan Sintari itu mewakili siswa lainnya yang memperoleh bantuan kacamata, setelah mendapatkan pemeriksaan dari tim dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) pusat yang menjadi mitra PT Astra Internasional, Tbk.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Talaud, K.D. Manangin, kerusakan mata pada anak-anak itu dipicu oleh asupan gizi yang kurang khususnya vitamin A yang bersumber dari sayur-mayur yang berwarna hijau dan ungu. Hal itu disebabkan oleh masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya memelihara mata dan pemberian asupan gizi pada anak-anak.

"Selain itu, dengan perkembangan teknologi juga mempengaruhi pola hidup anak-anak. Menonton televisi terlalu dekat dan berjam-jam, serta menggunakan gawai (gadget) terlalu lama, dapat merusak mata," katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, pentingnya sosialisasi bidang kesehatan pada masyarakat, karena itu dapat mempengaruhi perkembangan dan kelanjutan pendidikan anak-anak. Apalagi sebagai daerah terdepan yang berbatasan dengan Filipina, pembangunan kesehatan dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Wajarlah kiranya jika pemerintah memfokuskan perhatian pada 199 daerah kategori 3T di Indonesia yang salah satunya adalah Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Namun peran pihak swasta tak kalah pentingnya untuk membantu pemerintah dalam menyukseskan program pembangunan di daerah 3T, seperti yang dilakukan PT Astra Internasional Tbk.

Ribuan Kacamata

Dalam upaya membantu pemerintah mempercepat pembangunan di daerah 3T, PT Astra Internasional Tbk melalui Program GenerAksi Sehat Indonesia menyalurkan bantuan 2.000 kacamata untuk warga Kabupaten Talaud, khususnya bagi anak-anak usia sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Head of Environment & Social Responsibility Astra Internasional M Riza Deliansyah mengatakan, Program GenerAKSI Sehat Indonesia (GSI) mengajak masyarakat untuk melakukan "social movement" melalui berbagai AKSI SEHAT seperti olahraga, makan buah dan sayur, deteksi dini pemeriksaan kesehatan, dan aksi sehat lain yang dilakukan bersama teman dan keluarga.

"Setiap AKSI SEHAT yang mereka kampanyekan melalui media sosial akan dikonversikan oleh Astra menjadi kacamata yang didonasikan untuk anak-anak di wilayah perbatasan dan terluar Indonesia," kata Riza.

Pada tahun 2014-2015, sebanyak 9.048 kacamata telah didonasikan ke lima wilayah perbatasan dan terluar Indonesia, yakni Sabang - Aceh; Entikong - Kalimantan Barat; Nunukan - Kalimantan Utara; Atambua - Nusa Tenggara Timur dan Merauke - Papua.

Sementara program ini pada 2016-2017 berhasil memperoleh total unggahan melalui media sosial sebanyak 6.606 dan telah dikonversi menjadi kacamata untuk anak-anak di Rote Ndao Nusa Tenggara Timur, Natuna Kepulauan Riau, dan Talaud Sulawesi Utara.

"Jadi, setelah penyerahan kacamata di Talaud ini pada pekan ketiga Januari 2017, secara keseluruhan jumlah kacamata yang diberikan Astra bagi anak-anak Indonesia mencapai 15.654 unit," katanya.

Sumbangsih Astra di bidang kesehatan yang terangkum dalam program Astra untuk Indonesia Sehat telah memberikan pengobatan gratis kepada 120.087 pasien, pembinaan 1.537 posyandu, menyumbangkan 198.013 kantong darah dan membina 43 Kampung Berseri Astra.

Pada prinsipnya, imbuh Head of Public Relations Division Astra Internasional Yulian Warman, di mana pun instalasi Astra berada harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma Astra, yaitu `Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara`.

Khusus bantuan kacamata pada anak-anak yang berada di daerah 3T, tak lain untuk mencegah terjadinya `dunia gelap` pada generasi penerus bangsa, agar mereka kelak dapat meraih cita-cita, sekaligus menjadi generasi handal dalam menjaga wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (KNRI).

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024