Mamuju (Antara Sulbar) - Peredaran narkotika dan obat berbahaya di Provinsi Sulawesi Barat dinilai sudah memprihatinkan, mengingat sekitar 17 persen dari penduduk Sulbar sebanyak 1,5 juta jiwa teridentifikasi sebagai pengguna narkoba.

Peredaran narkoba di Indonesia, khususnya di Sulbar saat ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah karena sesuai data dari pusat, penduduk Sulbar saat ini sudah teridentifikasi 17 persen menjadi pengguna narkoba, kata Pejabat Gubernur Sulbar Carlo Brix Tewu, di Mamuju, Jumat.

Ia mengatakan, tingginya pengguna narkoba di Sulbar merupakan tantangan bagi semua stakeholder terutama bagi pemerintah daerah.

"Dengan adanya penguatan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulbar semua permasalahan yang ada saat ini pasti dapat teratasi dengan baik, sehingga diperlukan sinergitas bagi semua stakeholder, bekerjasama pada setiap program pemerintah dalam mencegah penyebaran narkoba di Sulbar," katanya lagi.

Carlo juga menyampaikan, secara teknis BNNP Sulbar akan bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Sulbar dalam membuat program pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Sulbar, dan untuk program tersebut Pemprov Sulbar juga akan mendukung penuh.

"Salah satu program utama yang akan diterapkan adalah melakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah, dan guru-guru SMP/SMA sederajat untuk pencegahan dan pemberantasan narkoba di Sulbar. Pemerintah daerah bersama dengan BNNP Sulbar dan Polda Sulbar akan bekerjasama menekan pengguna dan pemakai narkoba agar tidak terus bertambah," kata dia pula.

"Keterlibatan masyarakat agar tidak terlibat penyalahgunaan narkoba juga sangat penting, dengan menjaga semangat kerja, karena melalui semangat, bisa berkolaborasi dan semua hambatan bisa teratasi dengan baik," katanya lagi.

Pewarta : M Faisal Hanapi
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024