Maros (Antara Sulsel) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sulawesi Selatan menggagas kegiatan wirausaha di pedesaan melalui kolaborasi antara pengusaha, pemerintah dan akademisi atau dikenal dengan istilah "triple helix".

"Kemajuan teknologi dan derasnya perputaran informasi dewasa ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi semua pihak. Inilah yang harus kita manfaatkan dengan baik," ujar Ketua Hipmi Sulsel Herman Heizer pada kegiatan Pelatihan Kewirausahaan dan UKM di Kabupaten Maros, Selasa.

Ia mengatakan, dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih saat ini akan mempermudah aktivitas manusia, dan informasi suatu peristiwa akan cepat tersiar ke berbagai belahan bumi.

Namun saat kebanyakan orang hanya berdiam diri, lanjut dia, menjadi suatu keniscayan akan tergerus oleh waktu dan generasi berikutnya akan tampil sebagai pelanjut dengan tantangan yang mungkin lebih berat.

"Inilah pentingnya kita harus lari kencang karena kemajuan teknologi informasi saat ini selalu saja memunculkan hal-hal baru dan inilah yang harus dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha kita," katanya.

Herman di hadapan para pelaku usaha dan pemuda di Desa Tukamasea, Kabupaten Maros memaparkan gagasannya tentang triple helix yang melibatkan akademisi, pelaku usaha dann pemerintah, dengan tujuan untuk memperkuat kemandirian bangsa.

"Dengan melihat optimisme bapak ibu sekalian, saya semakin percaya bahwa angka dua persen pengusaha yang ingin kita capai adalah separuhnya dari desa. Wilayah pedesaan punya potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, dikemas dan dilembagakan, sehingga nantinya terlahir sosok pengusaha tanggung nasional dari desa," katanya.

Dengan konsep triple helix, kata Herman, wirausaha desa adalah solusi tepat mengatasi kesenjangan dan ketertinggalan desa dari segi pembangunan dan sektor ekonomi.

"Di sini ada Bosowa, STIE Amkop dan pemerintah desa sebagai mitra strategis HIPMI untuk sama-sama melahirkan pengusaha," ujarnya seraya disambut tepuk tangan para peserta.

Di tempat yang sama, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Amkop Makassar Dr Bachtiar Maddatuang mengatakan pihaknya telah menyiapkan program pemetaan potensi desa.

"Kami dari AMKOP melalui mahasiswa yang sementara KKN di sini, mengumpulkan data sebagai instrumen `mapping` potensi lokal. Kita bekerja sama dengan pemerintah desa dan pihak terkait untuk bersinergi bersama bangun desa," kata Maddatuang.

Di akhir sesi pelatihan itu, Kepala Desa Tukamasea, Makmur menyampaikan rasa syukur atas kehadiran HIPMI dan STIE Amkop yang menjadikan daerahnya sebagai desa sasaran program wirausaha desa.

"Jujur Pak, membayangkan Ketua Hipmi Sulsel datang ke desa kami tidak pernah, tetapi hari ini beliau hadir dan membina kita. Ini satu kebanggaan dan semoga kerja sama ini menjadi awal lahirnya pengusaha-pengusaha baru dari desa ini," ujarnya.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024