Makassar (Antara Sulsel) - Konsulat Jenderal Australia untuk Makassar bersama Pemerintah Kota Makassar menjalin kerja sama seni dan tradisi suku Makassar dengan suku Aborigin, Australia dengan satu tujuan mengingatkan hubungan sejarah persahabatan di masa lampau.

"Melalui kolaborasi seni tradisi suku Makassar-Aborigin ini, kita sangat berharap adanya nilai-nilai persahabatan yang bisa dijadikan dasar untuk menguatkan kembali hubungan antarsuku maupun bangsa ini," ujar Konsulat Jenderal Australia untuk Makassar, Richard Matthews di Makassar, Selasa.

Dia mengungkapkan, suku Makassar dan Aborigin dahulunya adalah dua suku bangsa yang dipertemukan lewat proses kerja sama mengumpulkan hasil laut teripang di Australia bagian utara pada abad ke-18.

Richard sendiri mengaku jika teripang kini menjelma sebagai industri modern pertama di Australia dan merupakan komoditas utama di Pelabuhan Makassar setelah surutnya pamor cengkeh dan pala.

"Jadi, awal mula dari pertemuan dua suku Makassar-Aborigin itu karena adanya kesamaan pemanfaatan teripang. Warga suku Makassar itu berlayar sampai ke Australia untuk mencari teripang dan bertemu warga suku Aborigin yang selanjutnya bekerjasama di masa-masa selanjutnya," katanya.

Pertukaran seni dan budaya, lanjut dia, terjadi di masa itu. Namun, pada awal abad ke-20, kedua suku harus berpisah karena adanya larangan dari otoritas setempat yang diberlakukan.

Bukan cuma itu, selain perkenalan teknologi seperti besi dan perahu dalam budaya Aborigin sampai kisah cinta antara perempuan Aborigin dengan lelaki suku Makassar yakni Husain Daeng Rangka menjadi bagian dari persahabatan itu.

"Sedikitnya itu ada 200 kata dari bahasa Makassar juga terserap dalam bahasa suku Aborigin. Orang suku Aborigin menyebut kata `lipa-lipa` yang dalam bahasa Makassar berarti `lepa-lepa` atau perahu kecil," ungkapnya.

Lebih jauh, Richard yang fasih dalam bahasa Indonesia menyebut hubungan kedua suku bangsa ini sangat mempengaruhi ekspresi seni semisal saja, lukisan gua Aborigin di Australia Utara.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024